Indoborneonatural----Gunungan dalam wayang biasa juga disebut kayon, yaitu salah satu unsur yang mendukung pergelaran wayang. Dalam gunungan terdapat ornamen yang sangat unik dan makna yang dalam. Disebut gunungan karena berbentuk segitiga, seperti gunung. Disebut kayon, kata ini munggkin juga semula berasal dari bahasa arab “chayu” yang berarti hidup.
Gunungan adalah wayang berbentuk gambar gunung beserta isinya. Di bawahnya terdapat gambar pintu gerbang yang dijaga oleh dua raksasa yang memegang pedang dan perisai. Itu melambangkan pintu gerbang istana , dan pada waktu dimainkan gunungan dipergunakan sebagai istana. (wikipedia.co.id)
Gunungan atau kayon merupakan pusat perkerilan yang diartikan sebagai lambang bahwa pada awal mulanya sebelum ada kelahiran, pertama kali yang ada adalah kayu (hidup), yang dimaksudkan sebelum Bapak Adam lahir ke bumi yang ada hanyalah pohon dan binatang – binatang buas.
Dalam ornamen gunungan di dalamnya terdapat berbagai lukisan sebagai berikut :
- Rumah dengan pintu tertutup
- Ular atau naga
- Rusa berekor
- Ayam di atas pohon / ayam alas
- Kera / monyet
- Banteng
- Singa / harimau
- Burung
- Kepala raksasa
- Dua raksasa bermulut lebar dan bersayap garuda
- Bejana berbentuk bunga padma
Kayon atau gunungan dibedakan menjadi 2 yaitu: 1) Kayon Blumbangan (perempuan). 2) Kayon Gapura (laki-laki);
Ciri-ciri Kayon Gapuran (laki-laki):
- Bentuk ramping
- Lebih tinggi dari kayon blumbagan
- Bagian bawah berlukiskan gapura
- Samping kiri dijaga 2 raksasa kembar yaitu Cingkrabala dan Balauputa
- Bagian belakang berlukiskan api merah membara.
Ciri-ciri Kayon Blumbangan (perempuan):
- Bentuk gemuk
- Lebih pendek dari kayon gapuran
- Bagian bawah berlukiskan kolam air yang jernih
- Ditengah ada sepasang ikan berhadapan
- Bagian belakang berlukiskan api membara dan kepala makara.
Macam-macam Kayon/Gunungan :
Ada beberapa jenis dan beberapa nama Kayon/gunungan yang kita kenal yang digunakan dalam pementasan wayang di Indonesia. Antara lain :
Kayon Anoman Obong
|
Macam-macam Kayon/Gunungan |
Kayon Bali
Kayon Banyumasan Gito
Kayon Blumbangan Solo
Kayon Cirebon
Kayon Gapuran
Kayon Gapuran Manteb
Kayon Gapuran jatim
Kayon Gapuran Solo
Kayon Gapuran Yogya
Kayon Golek Menak
Kayon Hakekat
Kayon Jagad Gumelar
Kayon Kala Cakra
Kayon Klitnik
Kayon Klowong
Kayon Sadat
Kayon Sasak
Kayon Sekar Jagad
Kayon Simbal Sanggar
Kayon Wahyu Tumurun.
FUNGSI DAN FILOSOFI GUNUNGAN-KAYON
Fungsi kayon adalah:
- Tanda pergantian tempat
- Sebagai mulai atau berakhirya cerita
- Pergantian waktu
- Menggambarkan sesuatu yang tidak ada wayangnya contoh aji-aji, angin, air, becana, wahyu, jurang, petir dll.
Berikut ini akan kita bahas fungsi dan filosofi gunungan Kayon secara rinci sebagai berikut :
Dalam setiap pergelaran wayang kulit selalu ditampilkan gunungan, yang berbentuk persegi lima yang terdapat gambar atau simbol di dalamnya. Gunungan ini biasanya ditampilkan dalam berbagai permainan wayang misalnya dalam wayang purwa, wayang gedog, wayang krucil, wayang golek, wayang suluh dan sebagainya.
Gunungan mempunyai dua jenis yaitu Gunungan Blumbangan (perempuan) dan Gunungan Gapuran (laki-laki). Di balik gunungan Blumbangan ini dapat kita lihat sunggingan yang menggambarkan api sedang menyala. Ini merupakan candrasengkalan yang berbunyi “geni dadi sucining jagad” yang mempunyai arti 3441 dan apabila dibalik menjadi 1443 tahun Saka. Itu diartikan bahwa gunungan tersebut diciptakan oleh Sunan Kalijaga pada tahun 1443 Saka= 1521 Masehi pada masa pemarintahan Raden Patah. Gunugnan Gapuran (Gerbang) sendiri digunakan pada masa pemerintahan Suushunan Pakubuwono 2, dengan sengkalan ” Gapura lima retuning bumi” 1659 J=1734 M.
Disebut gunungan karena bentuknya seperti gunung yang ujung atasnya meruncing. Gunungan ini dalam legendanya berisi mitos sangkan paraning dumadi, yaitu asal mulanya kehidupan ini dan disebut juga kayon. Kata kayon melambangkan semua kehidupan yang terdapat di dalam jagad raya yang mengalami tiga tingkatan yakni:
- Tanam tuwuh (pepohonan) yang terdapat di dalam gunungan, yang orang mengartikan pohon Kalpataru, yang mempunyai makna pohon hidup.
- Lukisan hewan yang terdapat di dalam gunungan ini menggambarkan hewan- hewan yang terdapat di tanah Jawa.
- Kehidupan manusia yang dulu digambarkan pada kaca pintu gapura pada kayon, sekarang hanya dalam prolog dalang saja.
Kayon atau gunungan yang biasanya diletakkan di tangah, kadang disamping, itu mempunyai beberapa arti, arti dari diletakkannya gunungan ada 3 (tiga) yakni :
- Dipergunakan dalam pembukaan dan penutupan, seperti halnya layar yang dibuka dan ditutup pada pentas sandiwara.
- Sebagai tanda untuk pergantian jejeran (adegan/babak).
- Digunakan untuk menggambarkan pohon, angin, samudera, gunung, guruh, halilintar, membantu menciptakan efek tertentu (menghilang/berubah bentuk).
|
Peletakan Kayon-Gunungan |
Gunungan merupakan simbol kehidupan, jadi setiap gambar yang berada di dalamnya melambangkan seluruh alam raya beserta isinya mulai dari manusia sampai dengan hewan serta hutan dan perlengkapannya. Gunungan dilihat dari segi bentuk segi lima, mempunyai makna bahwa segi lima itu lima waktu yang harus dilakukan oleh agama adapun bentuk gunungan meruncing ke atas itu melambangkan bahwa manusia hidup ini menuju yang di atas yaitu Allah SWT.
Dalam kayon terdapat ukiran-ukiran atau gambar yang diantaranya :
- Rumah atau balai yang indah dengan lantai bertingkat tiga melambangkan suatu rumah atau negara yang di dalamnya ada kehidupan yang aman, tenteram dan bahagia.
- Dua raksasa kembar lengkap dengan perlengkapan jaga pedang dan tameng. diinterprestasikan bahwa gambar tersebut melambangkan penjaga alam gelap dan terang
- Dua naga kembar bersayap dengan dua ekornya habis pada ujung kayon.
- Gambar hutan belantara yang suburnya dengan kayu yang besar penuh dengan satwanya.
- Gambar ilu-ilu Banaspati melambangkan bahwa hidup di dunia ini banyak godaan, cobaan, tantangan dan mara bahaya yang setiap saat akan mengancam keselamatan manusia.
- Pohon besar yang tinggi dibelit ular besar dengan kepala berpaling kekanan.
- Dua kepala makara ditengah pohon melambangkan manusia dalam kehidupan sehari mempunyai sifat yang rakus, jahat seperti setan.
- Dua ekor kera dan lutung sedang bermain diatas pohon dan dua ekor ayam hutan sedang bertengkar di atas pohon, macan berhadapan dengan banteng. Menggambarkan tingkah laku manusia.;
Kebo = pemalas
Monyet = serakah
Ular = licik
Banteng = lambang roh , anasir tanah , dengan sifat kekuatan nafsu Aluamah
Harimau = lambang roh , anasir api dengan sifat kekuatan nafsu amarah, emosional, pemarah
Naga = lambang Roh , anasir air dengan sifat kekuatan nafsu sufiah
Burung Garuda = lambang Roh , anasir udara dengan sifat kekuatan nafsu Muthmainah.
Gambar raksasa digunakan sebagai lambang kawah condrodimuka, adapun bila dihubungkan dengan kehidupan manusia di dunia sebagai lambang atau pesan terhadap kaum yang berbuat dosa akan di masukkan ke dalam neraka yang penuh siksaan.
Gambar samudra dalam gunungan pada wayang kulit melambangkan pikiran
Gambar api merupakan simbol kebutuhan manusia yang mendasar karena dalam kehidupan sehari-hari akan membutuhkannya.
7 anak tangga: berarti tujuan atau PITUtur (pemberitahuan) bahwa kita semua yang bernama hidup pasti mati ” kullu nasi dha ikhotul maut “.
Gerbang/pintu selo manangkep: pintu alam kubur yang kita tuju.
Pohon hayat: jalan hidup seseorang yang lurus dan mempunyai 4 anak cabang yang menjadi perlambang nafsu kita dan banyak anak cabangnya.
Sedangkan dari filosofi bentuk adalah : bentuk gunungan sendiri menyerupai serambi bilik kiri yang ada di dalam tubuh kita, itu mungkin mempunyai makna kalau kita harus menjaga apapun yang ada di dalam hati kita hanya kepada sang pencipta. Dan yang lebih hebat lagi adalah dari segi bentuk yang persisi dengan “mustoko” di atas masjid yang ada banyak di negara kita. itu perlambang dari sipembuat untuk kita supaya menjaga hati kita secar lurus (seperti pohon) kepada masjid/agama/tuhan.
Gunungan bisa diartikan lambang Pancer, yaitu jiwa atau sukma, sedang bentuknya yang segitiga mengandung arti bahwa manusia terdiri dari unsure cipta, rasa dan karsa. Sedangkan lambang gambar segi empat lambing sedulur papat dari anasir tanah, api , air, udara.
Gunungan atau kayon merupakan lambang alam bagi wayang, menurut kepercayaan hindu, secara makrokosmos gunungan yang sedang diputar-putar oleh sang dalang, menggambarkan proses bercampurnya benda-benda untuk menjadi satu dan terwujudlah alam beserta isinya. Benda-benda tersebut dinamakan Panca Maha Bhuta, lima zat yakni: Banu (sinar-udara-setan), Bani (Brahma-api), Banyu (air), Bayu (angin), dan Bantala (bumi-tanah).
Makara yang terdapat dalam pohon Kalpataru dalam gunungan tersebut berarti Brahma mula, yang bermakna bahwa benih hidup dari Brahma. Lukisan bunga teratai yang terdapat pada umpak (pondasi tiang) gapura, mempunyai arti wadah (tempat) kehidupan dari Sang hyang Wisnu, yakni tempat pertumbuhan hidup.
Berkumpulnya Brahma mula dengan Padma mula kemudian menjadi satu dengan empat unsur, yaitu sarinya api yang dilukiskan sebagai halilintar, sarinya bumi yang dilukiskan dengan tanah di bawah gapura, dan sarinya air yang digambarkan dengan atap gapura yang menggambarkan air berombak.
Dari kelima zat tersebut bercampur menjadi satu dan terwujudlah badan kasar manusia yang terdiri dari Bani, Banyu, Bayu, dan Bantala, sedang Banu merupakan zat makanan utamanya.
Jawa memang menyimpan berbagai macam budaya yang beragam dan menyimpan berbagai makna yang terkandung dalam setiap itemnya, bahkan secara tidak kita sadari sesuatu yang kita pegang sekarangpun itu juga mengandung makna filosofis yang sangat besar jika kita mau mangkaji lebih dalam.
Dengan gambaran di atas saya sedikit banyak mengetahui tantang apa makna filosofis dari gunungan yang terdapat dalam pewayangan. Dari segi bentuk maupun nilai yang terkandung dalam wayang dan dari gambar yang ada di dalamnya. Kapan dan siapa yang menciptakan gunungan tersebut, fungsi dari gunungan dalam permainan wayang.
Demikian tentang filosofi dan makna Kayon atau Gunungan dalam wayang, semoga bermanfaat. terimakasih.
Sumber: dirangkum dari berbagai sumber !!
Referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Gunungan
https://lastzie.wordpress.com/2009/05/26/gunungan/
https://patrapsambernyawa.wordpress.com/2011/04/29/makna-kayon-atau-gunungan/
www.kompasiana.com/.../filosofi-gunungan-wayang-kulit_
Gambar; Google https://www.google.co.id/search