Indoborneonatural----Surat Wasiat Sultan Adam Untuk Pengeran Hidayatullah. Dari surat wasiat Raja Banjar ke-18, dari garis lurus Sultan Suriansyah (raja pertama), Sultan Adam Al Watsiq Billah bin Sultan Sulaiman al-Mutamidullah (1825-1857) mewasiatkan bahwa Pangeran Hidayatullah berhak duduk di takhta Kerajaan Banjar. Namun, Hindia Belanda mencampuri suksesi Kesultanan Banjar, hingga Pangeran Tamjidullah II diangkat sebagai Sultan Banjar dan memilih beribu negeri di Banjarmasin.
Padahal, berdasar surat wasiat Sultan Adam, justru Pangeran Hidayatullah yang sejatinya naik takhta menggantikan sang kakek. Dari suksesi yang diintervensi Hindia Belanda, memicu Perang Banjar dan melebar hingga ke kawasan Barito, Kalimantan Tengah dari 1859-1905. Sedangkan, versi dokumen Belanda hanya berkecamuk pada 1859-1863.
Nah, misteri surat wasiat Sultan Adam yang asli hingga kini belum diketahui keberadaan. Meski, beberapa sejarawan mencatat surat bertuliskan Arab Melayu itu disimpan rapi oleh keturunan sang sultan. Yang beredar di dunia maya dan buku-buku pun hanya sebuah salinan surat wasiat yang dibuat pada hari Isnain (Senin) tertanggal 12 Safar 1259 Hijriyah.
Dari sini, hak regalia Kesultanan Banjar sepenuhnya berada di genggaman Pangeran Hidayatullah sebagai penerus kerajaan yang dibangun Sultan Suriansyah di Tanah Kuin itu, hingga berpindah ke Kayutangi dan Martapura.
Lantas seperti apa bentuk asli surat wasiat Sultan Adam tersebut? Publik tentu ingin mengetahuinya. Apalagi, kabarnya surat wasiat itu dibawa serta keluarga besar Pangeran Hidayatullah ketika dibuang Belanda di daerah pengasingan di Cianjur, Jawa Barat. Surat itu dijaga turun temurun keturunan Pangeran Hidayatullah agar tetap menjadi benda yang sakral dan bernilai sejarah yang tinggi.
Naskah Asli tersimpan baik oleh Ratu Yus Roostianah Keturunan garis ke-3 / cicit dari Pangeran Hidayatullah yang selanjutnya diteruskan nantinya kepada anak anak cucu penerus dan pewaris keturunan Pengeran Hidayatullah.
Surat di atas merupakan tulisan tangan dalam huruf arab berbahasa Melayu Banjar yang ditulis menyesuaikan dengan bahasa Banjar daerah Kalimantan Selatan jaman dahulu.
Terjemahan dari tulisan surat tersebut adalah sebagai berikut :
Bismillahirrahmannirrohim
Asyhadualla ilaha ilalloh naik saksi aku tiada Tuhan lain yang di sembah dengan se-benar2nya hanya Allah
Wa asyhaduanna Muhammadarasululloh naik saksi aku Nabi Muhammad itu se-benar2nya pesuruh Allah Ta’ala
Dan kemudian dari pada itu aku menyaksikan kepada dua orang baik2 yang memegang hukum agama Islam yang pertama Mufti Haji Jamaludin yang kedua pengulu Haji Mahmut serta aku adalah didalam tetap ibadahku dan sempurna ingatanku.
Maka adalah aku memberi kepada cucuku Andarun bernama Pangeran Hidayatullah suatu desa namanya Riyam Kanan maka adalah perwatasan tersebut dibawah ini ;
Mulai di Muha Bincau terus di Teluk Sanggar dan Pamandian Walanda dan Jawa dan terus di Gunung Rungging terus di Gunung Kupang terus di Gunung Rundan dan terus di Kepalamandin dan Padang Basar terus di Pasiraman Gunung Pamaton terus di Gunung Damar terus di Junggur dari Junggur terus di Kala’an terus di Gunung Hakung dari Hakung terus di Gunung Baratus, itulah perwatasan yang didarat.
Adapun perwatasan yang di pinggir sungai besar maka adalah yang tersebut dibawah ini;
Mulai di Teluk Simarak terus diseberang Pakan Jati terus seberang Lok Tunggul terus Seberang Danau Salak naik kedaratnya Batu Tiris terus Abirau terus di Padang Kancur dan Mandiwarah menyebelah Gunung Tunggul Buta terus kepada pahalatan Riyam Kanan dan Riyam Kiwa dan Pahalatan Riyam Kanan dengan tamunih yaitu Kusan.
Kemudian aku memberi Keris namanya Abu Gagang kepada cucuku.
Kemudian lagi aku memberi pula suatu desa namanya Margasari dan Muhara Marampiyau dan terus di Pabaungan kaulunya Muhara Papandayan terus kepada desa Batang Kulur dan desa Balimau dan desa Rantau dan desa Banua Padang terus kaulunya Banua Tapin.
Demikianlah yang berikan kepada cucuku adanya.
Syahdan maka adalah pemberianku yang tersebut didalam ini surat kepada cucuku andarun Hidayatullah hingga turun temurun anak cucunya cucuku andarun Hidayatullah serta barang siapa ada yang maharu biru maka yaitu aku tiada ridho dunia akhirat.
Kemudian aku memberi tahu kepada sekalian anak cucuku dan sekalian Raja-raja yang lain dan sekalian hamba rakyatku semuanya mesti me-Rajakan kepada cucuku andarun Hidayatullah ini buat ganti anakku Abdur Rahman adanya.
Tertulis kepada hari Isnain tanggal 12 bulan Shofar 1259.
Referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Banjar
http://jejakrekam.com/2017/11/12/surat-wasiat-sultan-adam-dan-regalia-kesultanan-banjar/
https://banjarmasin.tribunnews.com/2019/10/14/sejarah-kabupaten-banjar-diawali-perjanjian-perbatasan-antara-sultan-adam-dengan-pemerintah-belanda
https://kerajaanbanjar.wordpress.com/2008/02/13/surat-wasiat-sultan-adam-untuk-pangeran-hidayatullah/