Indoboreneonatural----Inilah Misteri Panglima Burung di Tanah Kalimantan yang di Percaya Jelmaan Burung Enggang. Pulau Kalimantan terkenal akan hutan tropisnya dan juga terkenal dengan orang dayak yang mendiaminya, orang juga mengenal akan kisah tentang Panglima Burungnya. Tokoh adat Kalimantan Panglima Burung mencuat saat tragedi konflik di Sampit dan Sambas, Kalimantan, pada 2001 silam. Dimana tragedi berdarah terjadi antara suku dayak dan madura, Panglima Burung diyakini menyatukan Suku Dayak se-Kalimantan dan memberinya kekuatan untuk menghadapi suku Madura.
Banyak versi cerita tentang Panglima Burung. Dari cerita rakyat populer, terutama di Kalimantan, Panglima Burung adalah sosok gaib legendaris yang dipercayai sebagai tokoh pelindung dan pemersatu Suku Dayak.
Konon, dia menghuni gunung di pedalaman Kalimantan. Sebagian cerita menyebutkan Panglima Burung adalah jelmaan burung Enggang, burung yang dihormati di bumi Borneo.
Dalam kondisi tertentu, warga Dayak menggelar ritual tari perang untuk memanggil Panglima Burung. Sosok panglima memang diyakini sakti dan memberi kekuatan.
Cerita terkait yang sangat terkenal adalah tentang mandau terbang atau mandau yang bergerak sendiri mengincar lawan. Mandau adalah pedang khas Kalimantan. Panglima Burung dipercaya sebagai yang menggerakkan mandau terbang. Kekuatan Panglima Dayak ini sangat mengerikan. Ketika perang atau melawan musuh, dia dipercaya bisa menggerakkan senjata mandau. Mandau terbang sendiri dan mengincar lawan.
Secara umum, Panglima Burung dinilai mencerminkan sosok dan karakter orang Dayak sesungguhnya. Karakter aslinya cinta damai, mengalah, suka menolong, sederhana, merawat alam dan warisan nenek moyang. kadang orang yang baru kenal menilai bahwa orang Dayak asli itu ramah sangat pemalu tetapi jangan sampai di ganggu. Karakter itu dapat berubah menjadi berani, beringas, dan kejam ketika terancam dan habis kesabaran melihat ketidak adilan untuk sukunya.
Dewasa ini suku Dayak terbagi dalam enam rumpun besar, yakni Apokayan (Kenyah-Kayan-Bahau), Ot Danum-Ngaju, Iban, Murut, Klemantan, dan Punan. Keenam rumpun itu terbagi lagi dalam kurang lebih 405 sub-etnis.
Rumpun Dayak Punan merupakan suku Dayak yang paling tua mendiami Pulau Kalimantan, sementara rumpun Dayak yang lain merupakan rumpun hasil asimilasi antara Dayak Punan dan kelompok Proto Melayu, moyang Dayak yang berasal dari Yunnan.
Terbagi dalam ratusan sub-etnis, semua etnis Dayak memiliki kesamaan ciri-ciri budaya yang khas. Ciri-ciri tersebut adalah rumah panjang, hasil budaya material seperti tembikar, mandau, sumpit, beliong (kampak Dayak), pandangan terhadap alam, mata pencaharian (sistem perladangan), dan seni tari.
Perkampungan Dayak rumpun Ot Danum-Ngaju biasanya disebut lewu/lebu dan pada Dayak lain sering disebut banua/benua/binua/benuo. Di kecamatan-kecamatan di Kalimantan yang merupakan wilayah adat Dayak dipimpin seorang kepala adat yang memimpin satu atau dua suku Dayak yang berbeda.
Suku Dayak menggenggam nilai-nilai tradisi nenek moyang, yang selalu menyatu dengan hutan dan alam. Dari sisi lain, suku Dayak juga identik dengan hal-hal yang beraroma dunia gaib, salah satunya kepercayaan akan sosok Panglima Burung yang dipercaya memiliki kesaktian dan kekuatan tingkat tinggi.
0 komentar:
Post a Comment