Indoborneonatural----Kebudayaan Suku Batak yang Terkenal, Indonesia terkenal dengan kekayaan budaya yang sangat beragam. Dari Sabang hingga Merauke memiliki ciri khas dan identitas tersendiri setiap sukunya. Wilayah di Indonesia paling banyak didominasi oleh suku Jawa dan Suku Batak.
Batak adalah rumpun suku-suku yang mendiami sebagian besar wilayah Sumatra Utara. Sehingga tidak ada budaya dan bahasa Batak, tetapi budaya dan bahasa Toba, Karo, Simalungun dan suku-suku lain yang serumpun. Saat ini pada umumnya orang Batak menganut agama Kristen Protestan, Kristen Katolik, Islam.
Hampir di semua propinsi ditemui orang-orang dari kedua suku ini. Namun sebenarnya tak hanya kedua suku ini yang mendominasi sebagian besar wilayah Indonesia. Beberapa suku seperti Minang, Lampung, Sunda, Madura, juga mendominasi sebagian besar daerah di Indonesia.
Pada bahasan kali ini akan dijelaskan lebih dalam mengenai Suku Batak yang ada di Sumatera Utara. Seperti kebanyakan penganut agama di Indonesia, agama yang dianut suku ini diantaranya Kristen, Protestan, Katolik dan Islam.
Suku yang terkenal dari cara bicaranya yang keras ini memiliki kebiasaan martarombo, yaitu mencari hubungan saudara dengan marga yang sama. Maka tak heran jika sistem kekerabatannya sangat erat.
Sejarah Suku Batak
Sejarah dari kebudayaan suku batak yaitu sebagai berikut ini, Kerajaan batak telah didirikan oleh seseorang raja yang berasal dari dalam negeri Toba Sila-silahi (Silalahi) lau’ Baligi (Luat Balige), yang berada di kampung Parsoluhan, suku Pohan. Raja tersebut yang langsung bersangkutan adalah RajaKesaktian. Raja kesaktian ini bernama Alang Pardoksi atau yang sering di panggil sebagai Pardosi.
Pada masa kejayaan maka kerajaan batak telah di pimpin oleh raja juga. Raja yang memimpin bernama Sultan Mahara Bongsu, beliau memimpin pada tahun 1054 Hujriyah dan beliau juga yang sudah membuat makmur negerinya dan beliau adalah seseorang yang memiliki kebijakan dalam politik nya.
Suku ini memiliki rumah adat yang dikenal dengan nama rumah Bolon. Rumah Bolon memiliki bentuk seperti rumah panggung pada umumnya. Pintu masuk yang rendah pada rumah Bolon memiliki makna untuk tamu yang berkunjung.
Makna filosofisnya yaitu bagi tamu seharusnya menghormati tuan rumah, disamping itu juga harus mematuhi aturan-aturan yang berlaku. Sampai saat ini belum diketahui asal-usul nenek moyang dari Suku Batak. Meskipun begitu diperkirakan nenek moyang dari suku ini ada pada zaman logam.
Sebab hingga sekarang artefak Neolitikum yang menjelaskan keberadaan nenek moyang suku batak belum ditemukan. Suku Batak merupakan kumpulan dari berbagai suku-suku di Sumatera Utara.
Beberapa suku yang termasuk ke dalam suku ini adalah Mandailing, Toba, Pakpak, Karo, Simalungan dan Angkola. Setiap bagian suku tersebut memiliki budaya yang berbeda. Seperti pada Mandailing yang cenderung berbahasa melayu dan sebagian besar sukunya orang Islam.
Lokasi/Geografis
Kebudayaan suku batak berasal dari Pulau Sumatra Utara. Daerah ini merupakan daerah yang berasal dari kediaman orang batak yang sudah di kenal dengan :
- Daratan Tinggi Karo
- Kangkat Hulu
- Deli Hulu
- Serdang Hulu
- Simalungun
- Toba
- Mandailinh
- Tapanuli Tengah.
Sehingga daerah suku batak ini bisa di lalui dengan rangkaian Bukit Barisan yang berada di daerah Sumatra Utara. Di sini juga terdapat suatu danau yang memiliki ukuran yang besar dan danau ini sering di sebut dengan sebutan danau Toba. Jika di lihat dari wilayah administrative nya maka mereka akan mendiami wilayah yang beberapa kabupaten sebagian dari wilayah Sumatra Utara. Wilayah nya yaitu sebagai berikut ini :
- Kabupaten Karo
- Simalungun
- Dairi
- Tapanuli Utara
- Asahan
Nilai-Nilai Budaya Suku Batak
Pada dasarnya setiap suku memiliki falsafah hidup yang diayomi setiap masyarakatnya. Falsafah hidup tersebut berfungsi sebagai nilai yang mengontrol dalam sistem sosial. Begitu pula pada Suku Batak yang juga memiliki nilai-nilai budaya, diantaranya:
1. Hagabeon
Hagabeon dalam Suku Batak bermakna harapan memiliki anak dan cucu yang baik-baik dan panjang umur. Dengan umur yang panjang diharapkan dapat menikahkan anak dan mendapatkan keturunan yang baik. Bagi suku ini anak merupakan simbol keberhasilan dalam pernikahan.
Apalagi anak laki-laki, yang merupakan penerus marganya. Pada adat kuno aturan memiliki anak bagi orang batak yaitu sebanyak 33. Dimana laki-laki sebanyak 17 anak dan perempuan 16 anak. Namun seiring kemajuan jaman nilai adat tersebut mulai tergeser dan tergantikan dengan nilai baru.
Saat ini prioritas memiliki anak bukan lagi terpaut pada kuantitas melainkan pada kualitas. Sehingga pendidikan dan keterampilan merupakan hal utama yang harus dimiliki seorang anak.
2. Hamoraan
Dalam adat Suku Batak nilai budaya hamoraan memiliki makna kehormatan. Aspek kehormatan yang dimaksud yaitu keseimbangan antara nilai materil dan spiritual. Seseorang dianggap terhormat apabila memiliki kekayaan, sikap baik hati antar sesama dan nilai spiritual yang tinggi.
Meskipun seseorang memiliki kekayaan yang melimpah dan jabatan yang tinggi, tidak ada artinya jika tidak memiliki nilai spiritual. Inilah keseimbangan yang dimaksud. Bahwa proporsi antara nilai materil dan spiritual haruslah seimbang.
3. Uhum Dan Ugari
Nilai ini memiliki makna yang sama dengan hukum. Bagi orang Batak hukum atau uhum merupakan suatu hal yang mutlak ditegakkan. Implementasi nilai-nilai ini diwujudkan melalui sikap keadilan. Nilai keadilan itu sendiri diwujudkan dari komitmen melakukan kebiasaan (ugari) dan kesetiaan pada janji.
Seorang Suku Batak apabila berkhianat pada suatu kesepakatan adat akan menerima sanksi adat dan dianggap sangat tercela. Oleh karenanya bagi mereka uhum dan ugari merupakan suatu hal yang amat dipatuhi. Dan orang Batak dianggap sempurna jika mampu menghormati uhum dan ugari serta dapat menepati janji.
4. Pengayoman
Nilai pengayoman dalam Suku Batak terbilang cukup unik. Mengapa? Karena dengan nilai ini mereka menjadi terbiasa hidup mandiri dan tidak mudah meminta belas kasihan orang lain. Sebab salah satu prinsip adat mereka yaitu semua orang merupakan pengayom dan akan saling mengayomi antar sesama.
Prinsip tersebut berasal dari unsur yang dikenal dengan Dalihan Na Tolu. Unsur tersebut sejatinya merupakan unsur yang secara magis dipercaya saling melindungi. Hubungan tersebut layaknya jaring laba-laba yang saling berkaitan dengan nilai-nilai adat.
5. Marsisarian
Dalam sistem sosial selalu dibutuhkan nilai yang mengatur untuk menjaga keseimbangan hubungan antar manusia. Nilai ini memang sangat dibutuhkan. Sebab selalu ada perbedaan dalam sekelompok manusia. Sehingga nilai-nilai dan aturan ini yang menjadi acuan dalam keberlangsungan kehidupan manusia.
Begitu pula dengan nilai marsisarian yang ada pada Suku Batak. Marsisarian memiliki makna saling menghargai, mengerti dan saling membantu. Dengan adanya nilai ini seseorang harus menghormati dan menghargai antar sesama. Lebih baiknya lagi nilai ini dapat mencegah konflik yang terjadi dalam masyarakat.
6. Kekerabatan
Nilai kekerabatan merupakan nilai budaya yang paling utama pada masyarakat Suku Batak. Nilai ini menjunjung tinggi prinsip adatnya yaitu Dalihan Na Tolu. Hal ini dapat terlihat hubungan kekerabatan yang baik antar sesama sub-suku.
Hubungan kekerabatan diwujudkan dengan tutur kata yang baik, pertalian perkawinan, dan martarombo. Martarombo sendiri berarti bertutur dan mencari-cari saudara. Biasanya hal ini dilakukan pada suku batak yang merantau. Umumnya mereka mencari-cari hubungan pertalian sesama marganya.
Demikianlah penjelasan mengenai Suku Batak di Sumatera Utara. Dari penjabaran ini kita tahu bahwa Indonesia sangat kaya akan adat budaya, suku, bahasa dan kepercayaannya. Ini dapat kita lihat pada kenyataan setiap daerah memiliki suku, dan setiap suku memiliki sub-suku.
Potensi budaya di Indonesia merupakan satu hal yang wajib bagi kita untuk tetap melestarikannya. Selain sebagai bentuk warisan bagi generasi bangsa juga sebagai icon yang menjadi pembeda dari negara-negara lain.
0 komentar:
Post a Comment