Perhatikan contoh cara pengasuhan Anak di daerah-daerah Nusantara ini;
1. Pengasuhan Anak Masyarakat Minangkabau
Kita ambil contoh masyarakat Minangkabau dalam cara pengasuhan anak. Masyarakat Minangkabau jaman dulu mempunyai tradisi bahwa anak laki-laki tidur di rumah sejak usia tujuh sampai delapan tahun. Mereka tidur di Surau atau di Langgar tempat mereka mengaji. Setelah sholat Maghrib, mereka mengaji Al-Qur'an sampai menjelang Isya kemudian dilanjutkan sholat Isya. Sesudah sholat Isya, mereka belajar adat-istiadat dan aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh setiap orang.
1. Pengasuhan Anak Masyarakat Minangkabau
Kita ambil contoh masyarakat Minangkabau dalam cara pengasuhan anak. Masyarakat Minangkabau jaman dulu mempunyai tradisi bahwa anak laki-laki tidur di rumah sejak usia tujuh sampai delapan tahun. Mereka tidur di Surau atau di Langgar tempat mereka mengaji. Setelah sholat Maghrib, mereka mengaji Al-Qur'an sampai menjelang Isya kemudian dilanjutkan sholat Isya. Sesudah sholat Isya, mereka belajar adat-istiadat dan aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh setiap orang.
Selain itu, mereka juga belajar bela diri silat menjelang tengah malam. Dari contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa pola pengasuhan anak keluarga Minangkabau adalah dari lahir sampai umur tujuh tahun sepenuhnya diasuh oleh ibu. Setelah usia itu mereka juga belajar mengaji dan ilmu, serta adat istiadat di Surau atau langgar selain tentunya mereka bersekolah.
Untuk membuka wawasan kita mengenai cara pengasuhan anak masyarakat tradisional di Indonesia, di bawah ini dapat kita cermati bagaimana cara mengasuh anak di masyarakat Jawa.
2. Pengasuhan anak masyarakat Jawa
Dikalangan masyarakat jawa dikenal istilah mendhem jero, mikul dhuwur, artinya setiap anak dididik agar selalu berbakti kepada orangtua dan membawa nama baik orangtua serta semua keluarga. Pola pengasuhan anak dimulai dari lima tahun pertama, orangtua memperlakukan anak sebagai layaknya seorang putra raja. Setelah itu, mereka dilatih untuk membantu tugas-tugas pekerjaan di rumah. Usia 16 tahun ke atas diperlakukan sebagai teman. Keteladanan orang tua adalah sebagai anutan sang anak, sesuai dengan petuah ing arsa asung tulada. Petuah itu mempunyai arti orangtua harus memberikan teladan. Inti dari pendidikan anak yang telah dewasa adalah rendah hati, ramah tamah, sopan, hormat kepada yang lebih tua. Selain itu, masyarakat Jawa menekankan pada anak untuk selalu hidup prihatin. Hidup prihatin berarti membiasakan hidup tidak bermewah-mewah, belajar atau bekerja keras dan selalu disiplin. Hidup selalu berwatak sosial, tolong menolong kepada sesama dengan tulus ikhlas.
Masyarakat lain tentunya mempunyai pola pengasuhan anak yang berbeda-beda sesuai dengan budaya masyarakat itu. Meskipun berbeda, pada dasarnya pola pengasuhan atau proses sosialisasi ini merupakan wadah pembentukan watak, kepribadian, dan budi pekerti yang diharapkan dapat membentuk anak berprilaku sesuai dengan norma atau nilai yang dianut oleh masyarakat setempat.
Cara pengasuhan anak pada masyarakat tertentu kadangkala diungkapkan dengan memakai upacara adat. Misalnya, upacara adat masyarakat Jawa seperti selamatan selapanan, selamatan sunatan, tedak siten, dan sebagainya. Upacara adat itu mempunyai makna masing-masing, yang intinya merupakan ungkapan bahwa semua perencanaan, tindakan dan perbuatan diatur oleh budaya.
Sumber : http: visiuniversal.blogspot.com
0 komentar:
Post a Comment