Siapa yang tidak kenal Tanah Abang, disana ada stasion dan Pasar tempat belanja dan sentra berbagai dagangan yang menjadi pusat pembelian grosir terlengkap di tanah air kita. Jika tempo dulu kita ke Jakarta di bagian tertentu pada rute angkot atau oplet tua kita akan mendengar karnet berteriak: "Nabang, nabang", atau "Bayur, Bayur," untuk memanggil penumpang. Hal itu memang sepantasnya karena Abang Sopir dan karnet akan membawa kita dengan rute alat transfortasi itu menuju nabang-bayur.
Sebuah lukisan Johannes Rach menggambarkan panorama Tanah Abang di masa lalu. Tampak lukisan itu dibuat dari arah Jl. Abdul Muis. Tanah abang berupa bukit yang ditumbuhi pohon-pohon. Judul lukisan itu "Nabang". Sampai dengan akhir abad ke-19 tempat itu bernama Nabang, dan dalam penulisan formal diberi partikel "De" sehingga menjadi kata "De Nabang"
Hingga sekarang orang Betawi menyebutnya Tenabang sebagai plesetan De Nabang, lalu dalam perkembangan selanjutnya konsonan D berubah menjadi T. Nabang adalah nama jenis pepohonan yang tumbuh di atas bukit itu. Nabang, atau Tenabang, berubah menjadi Tanah Abang setelah pembangunan stasion Kereta Api tahun 1890. Perusahaan KA menganggap Tenabang itu berasal dari TAnah Abang. Lalu nama itu secara resmi digunakan di stasion KA. Bear kemungkinan pengelola stasion adalah orang Jawa, ia mengira penyebutan Tenabang itu salah, lalu ia mencoba untuk membenarkan sendiri. Kemudian dihari-hari berikutnya banyak orang menafsirkan sendiri bahwa Tanah Abang itu tanam berwarna merah, orang itu mungkin hendak menyeragamkan toponim Tenabang dengan Pal Merah, kawasan yang ada di dekatnya. Pal Merah jelas berasal dari batas jalan (pal) yang berwarna merah. Seperti halnya Pal Batu, Batu yang dijadikan pal. Pal Putih, pal yang berwarna putih. Adapun Pal Meriam punya kaitan dengan perang Inggris Perancis di Meester Cornelis tahun 1813. Inggris membangun arsenal (batterij) meriam di daerah yang sekarang disebut Pal Meriam itu.
Sedangkan Bayur yang sekarang dikenal dengan Kebayoran, diambil dari nama jati belanda yang dalam bahasa latin disebut pterospermum Javanicum. Jenis jati ini banyak tumbuh di selatan kota Jakarta dengan nama yang berbeda-beda. Ada yang menyebutnya ganjur, lantas ada Ciganjur. Ada yang menyebutnya wadang, atau padang, lantas ada Jati Padang.
0 komentar:
Post a Comment