Inilah Mitos “Tambun” Masyarakat Kalimantan Selatan

Indoborneonatural----Apakah kalian pernah mendengar istilah “Tambun” Atau mungkin ditakut-takuti tentang makhluk bernama “Tambun”?. Waktu kecil saya sering ditakut-takuni oleh orang tua apabila ingin mandi ke sungai, dikatakan bahwa di sungai tersebut terdapat makhluk bernama tambun. Lalu apa sebenarnya Tambun itu, makhluk seperti apa dan apakah hanya mitos atau benar-benar ada?.



Istilah “Tambun” sering kita dengar di Masyarakat khususnya di Kalimantan Selatan (Dayak dan Banjar). Tambun ini diyakini masyarakat makhluk yang hidup di sungai dan akan muncul apabila air  sungai naik (banyu badalam). Masih menurut cerita masyarakat bahwa ada beberapa orang yang pernah melihat Tambun ini, ada yang mengatakan bentuknya seperti sapi, yang lain mengatakan seperti Kuda Nil dan ada juga yang mengatakan kemunculannya diawali dengan timbulnya pusaran air yang besar (ulakan). Tetapi tidak ada orang yang secara spesifik bisa menjelaskan bagaimana bentuk nyata dati Tambun ini, baik itu penjelasan secara lisan maupun bukti gambar/foto. Sayapun secara pribadi tidak pernah melihat bagaimana bentuk Tambun ini dan saya meragukan akan keberadaannya. 

Pertanyaan selanjutnya yaitu, dari mana istilah ‘Tambun” itu berasal? Simak penjelasan berikut ini:

Istilah tambun ini berasal dari kepercayaan pra-Islam yang di Kalimantan serin disebut dengan “Kaharingan”. Dalam kepercayaan Kaharingan dikenal dengan adanya penguasa alam bawah (air) yang dikenal dengan sebutan Tambun yang menurut kepercayaan bentuknya seperti naga atau ular besar. Tambun diyakini tinggal di sungai yang airnya dalam (lu-uk) dan terdapat pusaran air (ulakan/ba-ulak). Khusus di Daerah HST dan HSS ada beberapa tempat yang diawali dengan kata Lok, seperti Lok Laga, Lok Sado, Lok Lahung dll. Lok berasal dari kata lu-uk yang artinya bagian sungai yang dalam. Pada masa penjajahan Belanda, orang-orang Belanda tidak bisa menyebutkan kata lu-uk sehingga di dalam catatan adminestatif Belanda di tulis dengan kata Lok.

Selain kepercayaan tentang makhluk tambun sebagai pengusa alam bawah, di Kalimantan Selatan khususnya di daerah Kalua juga terdapat kepercayaan akan adanya makhluk bawah air yaitu buaya kuning atau buaya gaib. Baik itu tambun ataupun buaya kuning ini mereka hanya akan menampakkan darinya kepada orang-orang tertentu saja, sedangankan orang awam tidak dapat melihatnya. Jadi bagi orang awam tambun itu hanya makhluk mitos yang dianggap benar-benar ada karena tidak pernah melihat bagaimana wujud aslinya, kemunculannya hanya dikaitkan dengan kenaikan air sungai (banyu dalam) dan kemunculan pusaran air yang besar.

Kepercayaan tentang adanya makhluk tambun ini diceritakan turun-menurun hingga saat ini. Bagi orang tua yang anak suka mandi ke sungai sering ditakut-takuti dengan kemunculan tambun. Apalgi setelah hujan lebat turun dan air sungai mulai meningkat maka anak-anak dilarang mandi di sungai takut dimakan tambun.

Pesan yang dapat kita ambil dari mitos tambun ini yaitu, bagi anak-anak terutama yang belum mahir berenang, jangan suka mandi di sungai apabila air sungai sedang meningkat. Air sungai yang sedang naik biasanya berarus deras dan berbahaya bagi anak-anak.
Demikian uraian saya mengenai mitos tambun. Terimakasih !!!
mitos tambun.


Sumber gambar: https://folksofdayak.wordpress.com

KISAH LEGENDA CERITA RAKYAT "RORO JONGRANG"

Indowoman---Alkisah pada zaman dahulu kala, berdiri sebuah kerajaan yang sangat besar yang bernama Prambanan. Rakyat Prambanan sangat damai dan makmur di bawah kepemimpinan raja yang bernama Prabu Baka. Kerajaan-kerajaan kecil di wilayah sekitar Prambanan juga sangat tunduk dan menghormati kepemimpinan Prabu Baka.

Gambar: pinterest.com
Sementara itu di lain tempat, ada satu kerajaan yang tak kalah besarnya dengan kerajaan Prambanan, yakni kerajaan Pengging. Kerajaan tersebut terkenal sangat arogan dan ingin selalu memperluas wilayah kekuasaanya. Kerajaan Pengging mempunyai seorang ksatria sakti yang bernama Bondowoso. Dia mempunyai senjata sakti yang bernama Bandung, sehingga Bondowoso terkenal dengan sebutan Bandung Bondowoso. Selain mempunyai senjata yang sakti, Bandung Bondowoso juga mempunyai bala tentara berupa Jin. Bala tentara tersebut yang digunakan Bandung Bondowoso untuk membantunya untuk menyerang kerajaan lain dan memenuhi segala keinginannya.

Hingga Suatu ketika, Raja Pengging yang arogan memanggil Bandung Bondowoso. Raja Pengging itu kemudian memerintahkan Bandung Bondowoso untuk menyerang Kerajaan Prambanan. Keesokan harinya Bandung Bondowoso memanggil balatentaranya yang berupa Jin untuk berkumpul, dan langsung berangkat ke Kerajaan Prambanan.

Setibanya di Prambanan, mereka langsung menyerbu masuk ke dalam istana Prambanan. Prabu Baka dan pasukannya kalang kabut, karena mereka kurang persiapan. Akhirnya Bandung Bondowoso berhasil menduduki Kerajaan Prambanan, dan Prabu Baka tewas karena terkena senjata Bandung Bondowoso.

Kemenangan Bandung Bondowoso dan pasukannya disambut gembira oleh Raja Pengging. Kemudian Raja Pengging pun mengamanatkan Bandung Bondowoso untuk menempati Istana Prambanan dan mengurus segala isinya,termasuk keluarga Prabu Baka.

Pada saat Bandung Bondowoso tinggal di Istana Kerajaan Prambanan, dia melihat seorang wanita yang sangat cantik jelita. Wanita tersebut adalah Roro Jonggrang, putri dari Prabu Baka. Saat melihat Roro Jonggrang, Bandung Bondowoso mulai jatuh hati. Dengan tanpa berpikir panjang lagi, Bandung Bondowoso langsung memanggil dan melamar Roro Jonggrang.

“Wahai Roro Jonggrang, bersediakah seandainya dikau menjadi permaisuriku?”, Tanya Bandung Bondowoso pada Roro Jonggrang.

Mendengar pertanyaan dari Bandung Bondowoso tersebut, Roro Jonggrang hanya terdiam dan kelihatan bingung. Sebenarnya dia sangat membenci Bandung Bondowoso, karena telah membunuh ayahnya yang sangat dicintainya. Tetapi di sisi lain, Roro Jonggrang merasa takut menolak lamaran Bandung Bondowoso. Akhirnya setelah berfikir sejenak, Roro Jonggrang pun menemukan satu cara supaya Bandung Bondowoso tidak jadi menikahinya.

“Baiklah,aku menerima lamaranmu. Tetapi setelah kamu memenuhi satu syarat dariku”,jawab Roro Jonggrang.

“Apakah syaratmu itu Roro Jonggrang?”,Tanya Bandung Bandawasa.

“Buatkan aku seribu candi dan dua buah sumur dalam waktu satu malam”, Jawab Roro Jonggrang.

Mendengar syarat yang diajukan Roro Jonggrang tersebut, Bandung Bondowoso pun langsung menyetujuinya. Dia merasa bahwa itu adalah syarat yang sangat mudah baginya, karena Bandung Bondowoso mempunyai balatentara Jin yang sangat banyak.

Pada malam harinya, Bandung Bandawasa mulai mengumpulkan balatentaranya. Dalam waktu sekejap, balatentara yang berupa Jin tersebut datang. Setelah mendengar perintah dari Bandung Bondowoso, para balatentara itu langsung membangun candi dan sumur dengan sangat cepat.

Roro Jonggrang yang menyaksikan pembangunan candi mulai gelisah dan ketakutan, karena dalam dua per tiga malam, tinggal tiga buah candi dan sebuah sumur saja yang belum mereka selesaikan.

Roro Jonggrang kemudian berpikir keras, mencari cara supaya Bandung Bondowoso tidak dapat memenuhi persyaratannya.

Setelah berpikir keras, Roro Jonggrang akhirnya menemukan jalan keluar. Dia akan membuat suasana menjadi seperti pagi,sehingga para Jin tersebut menghentikan pembuatan candi.

Roro Jonggrang segera memanggil semua dayang-dayang yang ada di istana. Dayang-dayang tersebut diberi tugas Roro Jonggrang untuk membakar jerami, membunyikan lesung, serta menaburkan bunga yang berbau semerbak mewangi.

Mendengar perintah dari Roro Jonggrang, dayang-dayang segera membakar jerami. Tak lama kemudian langit tampak kemerah merahan, dan lesung pun mulai dibunyikan. Bau harum bunga yang disebar mulai tercium, dan ayam pun mulai berkokok.

Melihat langit memerah, bunyi lesung, dan bau harumnya bunga tersebut, maka balatentara Bandung Bondowoso mulai pergi meninggalkan pekerjaannya. Mereka pikir hari sudah mulai pagi, dan mereka pun harus pergi.

Melihat Balatentaranya pergi, Bandung Bondowoso berteriak: “Hai balatentaraku, hari belum pagi. Kembalilah untuk menyelesaikan pembangunan candi ini !!!”

Para Jin tersebut tetap pergi, dan tidak menghiraukan teriakan Bandung Bondowoso. Bandung Bondowoso pun merasa sangat kesal, dan akhirnya menyelesaikan pembangunan candi yang tersisa. Namun sungguh sial, belum selesai pembangunan candi tersebut, pagi sudah datang. Bandung Bondowoso pun gagal memenuhi syarat dari Roro Jonggrang.

Mengetahui kegagalan Bandung Bondowoso, Roro Jonggrang lalu menghampiri Bandung Bondowoso. “Kamu gagal memenuhi syarat dariku, Bandung Bondowoso”, kata Roro Jonggrang.

Mendengar kata Roro Jonggrang tersebut, Bandung Bondowoso sangat marah. Dengan nada sangat keras, Bandung Bondowoso berkata: “Kau curang Roro Jonggrang. Sebenarnya engkaulah yang menggagalkan pembangunan seribu candi ini. Oleh karena itu, Engkau aku kutuk menjadi arca yang ada di dalam candi yang keseribu !”

Berkat kesaktian Bandung Bondowoso, Roro Jonggrang berubah menjadi arca/patung. Menggenapi arca yang belum selesai keseribu. Wujud arca tersebut hingga kini dapat disaksikan di dalam kompleks candi Prambanan, dan nama candi tersebut dikenal dengan nama candi Roro Jonggrang. Sementara candi-candi yang berada di sekitarnya disebut dengan Candi Sewu atau Candi Seribu.

* * *

TINGKATAN ILMU BELADIRI SILAT KUNTAU DARI KALIMANTAN

Kuntau adalah termasuk salah satu jenis ilmu seni beladiri di Tanah Kalimantan yang dikenal sangat mematikan walau hanya dipelajari dalam beberapa bulan.

Menurut beberapa sumber kuntau berasal dari Tiongkok yang dibawa oleh bangsa Tionghoa ke Indonesia saat berdagang.

Ada beberapa tokoh pelatih mengartikan kata kuntau; Ada yang mengartikan bahwa Kun itu adalah Jadi, dan tau itu Isyarat. Ada pula yang mengatakan Kun itu arah, tau itu pukulan.

Ilmu Seni Beladiri Kuntau memiliki banyak aliran, ada Bangkui, Jipuk, Sendeng, dan lain sebagainya, ini dapat dilihat dari beberapa perguruan dan pembelajaran di daerahnya.

Seiring berjalannya waktu, kini perguruan kuntau telah bisa di pelajari oleh masyarakat umum. Karena pada zaman dulu kuntau di pelajari sembunyi-sembunyi dan cuma untuk keturunan saja. Mungkin karena takut tekniknya terbongkar oleh Kolonial Belanda waktu itu.
Kalau di lihat gerakan permainan kuntau saat membawakan bunga mirip sekali dengan menari. Menurut saya gerakan tersebut sengaja dimodifikasi mirip tarian karena waktu itu pelajaran silat dilarang.


Dalam mempelajari kuntau ada beberapa macam tingkatan pembelajaran yang ditempuh oleh para murid tersebut yaitu;

1. Tumbuk satu
Ini adalah teknik paling dasar untuk murid pemula mempelajari kuntau, yaitu kita dilatih memasang kuda-kuda, lalu bagaimana cara memukul lawan dengan kuda-kuda yang pas.

2. Bunga
Bagian ini adalah tahap memperagakan jurus-jurus masing yang setiap gerakan memiliki arti masing-masing. Pada bagian bunga inilah akan melahirkan buah yang disebut;

3. Patikaman,
Suatu teknik bertahan dari serangan musuh dan menyerang balik, teknik  menyerang musuh di beberapa bagian kelemahan lawan, pakai senjata maupun tangan kosong. Tak ketinggalan mengunci musuh dan cara melepaskannya. Patikaman ini jika sudah mencapai tingkat tinggi maka akan memasuki jurus gaib dengan replek yang mampu menangkis semua serangan musuh, walaupun kita dalam keadaan tidur sekalipun

4. Batamat
Suatu tahap puncak yang ditunggu dan mendebarkan bagi anggota pakuntauan. Pada bagian ini kita di uji oleh guru apakah sudah bisa dikatakan lulus atau belum. Biasanya kita diserang secara mendadak baik menggunakan tangan kosong atau pakai senjata, saat gelap maupun terang, ditempat sempit atau terbuka, tergantung guru masing-masing.

5. Cempedih
Suatu jenis kekuatan magik yang hanyar diberikan pada murid-murid terpilih dan memenuhi syarat tertentu yang sangat berat, dan sangat jarang masih ada dijaman sekerang. Menurut cerita ada seorang yang memiliki ilmu cempedih disuruh masuk kedalam jamban terbuat dari kayu terus di tombak oleh orang banyak, tapi saat beliau keluar malah baik baik saja.


Nah selesaikan tahap pembelajarannya. Setelah itu tergantung kita, untuk melatihnya.

KISAH RAHASIA ILMU PATIKAMAN GURU KUNTAU YANG TAK DIAJARKAN

Inilah kisah pembelajaran silat jaman dahulu khususnya di daerah Kalimantan Selatan, tentang guru kuntau (silat kuntau) ilmu beladiri tradisional.

Suara sarunai terdengar syahdu mendayu mengiringi pagelaran pencak silat itu. Alunannya bak mantra mistik, membuat tubuh Kai Anum bergerak semakin lincah dan gesit, membentuk sebuah tarian gemulai nan indah. Badannya yang kekar, seolah-olah tak bertulang. Tiba-tiba, secara refleks dan cepat, ia membalikkan tubuh dan menangkap tangan penyerangnya. Dengan satu gerakan yang tak bisa kugambarkan, ia membuat musuh itu langsung jatuh telungkup di tanah. Tangannya terpelintir ke belakang. Goloknya terlempar. Para penonton yang tak lain adalah murid-muridnya, berdecak kagum menyaksikan atraksi hebat yang menegangkan itu.

“Itulah patikaman dari ilmu silat yang kalian pelajari selama ini,” ucap Kai Anum sambil melepaskan tangan penyerangnya tadi.
“Dengan jurus ini, kalian bisa menangkis sekaligus melumpuhkan musuh yang tiba-tiba menyerang dari belakang atau dari arah mana saja, sekalipun kalian tidak dalam kondisi siap. Bahkan selembar daun yang tidak disadari akan jatuh mengenai tubuh, kalian dapat menepisnya. Inilah yang dinamakan jurus refleks atau silat gaib,” lanjutnya.
“Kapankah jurus itu akan diajarkan kepada kami, Guru?” Aku memberanikan diri bertanya. Kai Anum terdiam sesaat.
“Sayang sekali! Jurus ini tak bisa kuajarkan kepada kalian,” sahutnya tegas, membuat wajah-wajah kami tertunduk lesu.
“Tapi, jangan khawatir! Jurus-jurus yang telah kuajarkan kepada kalian, tidak kalah hebat dengan patikaman tadi. Jurus yang telah kalian kuasai juga bisa menepis serangan yang tiba-tiba dan tak terduga. Bedanya, jurus tadi membuat tubuh secara refleks menangkis serangan, sekalipun kalian sedang tidur,” sambungnya menghibur kekecewaan kami.
“Tapi, bukankah refleksitas itu yang sangat penting? Karena terkadang serangan itu datang ketika kita lengah atau waktu tidur,” temanku mencoba merayu Guru.
“Benar! Tapi alasan yang kamu katakan itulah salah satu sebab aku tak mau mengajarkan jurus ini.”
“Kenapa, Guru?” lanjutnya semakin penasaran.
“Karena sifatnya yang refleks itu bisa menyakiti anak dan istri, atau membinasakan diri sendiri.”
“Bagaimana bisa begitu?” aku menimpali.
“Karena mungkin saja ketika tidur, anak atau istri mau membangunkan dengan memukul atau menepuk tubuh kita. Lalu secara refleks kita menyerangnya,” jelasnya, membuat kami mengangguk-angguk.
“Lalu, apa bahayanya bagi diri sendiri?” temanku bertanya lagi.
“Bahayanya saat kita memanjat atau menebang pohon. Bayangkan jika kalian sedang menaiki sebuah pohon. Tiba-tiba daunnya jatuh akan mengenai tubuh, lalu kalian secara refleks menepisnya. Atau ketika sebatang kayu besar akan tumbang ke arah tubuh, lalu kalian tanpa sadar akan menangkisnya. Apa yang akan terjadi?” paparnya membuat kami kembali mengangguk-angguk.
“Guru sendiri bagaimana mengatasi resiko itu?” tanyaku.
“Yah, terpaksa aku tak berani memanjat atau menebang pohon. Anak dan istri kuperingatkan agar tidak membangunkan tidurku dengan menyentuh tubuhku. Yang lebih repot lagi, sampai kini aku tak berani naik motor, baik disetir sendiri atau dibonceng orang lain.”
“Jadi, bagaimana cara membangunkan tidur atau mau bepergian?”
“Dipanggil dengan suara agak keras, atau dilempar dengan bantal dari jarak yang aman. Kalau mau bepergian, harus naik mobil, sebab mobil itu ada kaca pelindungnya.”
“Berarti masih ada solusinya,” temanku masih berupaya membujuknya.
“Benar! Setiap masalah pasti ada solusinya. Namun jalan keluarnya itu kurasa lebih besar mudaratnya daripada manfaatnya. Yang lebih penting lagi, jurus pemungkas itu juga punya kelemahan yang akan kalian lihat sendiri nanti,” tukas guru bersikukuh tak mau mengajarkannya. Kami terdiam dan tak berani lagi bertanya.
“Ya, sudah! Teruskan latihannya!” instruksinya.

***

Kai Anum kembali mengajarkan kami jurus-jurus baru atau mengulang yang lama. Usianya tidak terlalu tua, 45 tahun. Sikapnya ramah dan toleran, namun ilmu silatnya termasuk aliran keras dan mematikan. Murid-muridnya sudah mencapai ratusan, bahkan di antaranya ada yang membuka padepokan sendiri, sehingga ia disebut Kai yang bermakna kakek, dan Anum yang berarti muda.
Kami terus giat berlatih tanpa memikirkan patikaman atau jurus pemungkas itu. Setelah setahun berguru, 39 dari 50 muridnya yang seangkatan denganku dinyatakan lulus setelah menjalani ujian akhir.
Ujiannya tidak main-main. Resikonya adalah maut. Selembar tikar purun yang lebar, dan sebilah samurai sepanjang 50 cm telah disiapkan. Ketajamannya bisa membuat selembar selendang sutera yang dijatuhkan ke atasnya menjadi dua, dan memotong sebuah paku hanya dengan tebasan rendah dan ringan.
Setiap murid dibungkus dalam gulungan tikar dari pangkal paha hingga ujung kepala. Seorang algojo menghunus pedang dengan kedua tangannya di depan tubuh yang telentang, dan mata tertutup itu. Dengan kuda-kuda siap menyerang, ia mengarahkan sisi ujung mata senjata itu sekitar 40 cm di atas perut. Ia menunggu hitungan ketiga dari Kai Anum.
“Satu...! dua...! tiga!” maka secepat dan sekuat tenaga eksekutor itu menghentakkan pedangnya ke bawah. Sebelum samurai itu membelah perut, murid harus bisa menghindar secepatnya dengan berguling sambil menendang kaki lawan untuk menjatuhkannya, lalu melepaskan diri dari tikar yang melilit tubuh. Jika tidak, maka ia akan terus diserang, hingga senjata itu mengenai tubuhnya.
Begitulah beratnya ujian yang kami lalui. Untungnya, tidak ada yang terluka parah. Kai Anum telah mengantisipasinya. Ia telah mengisi kekebalan tubuh tanpa kami ketahui sebelum ujian dimulai.
“Sesungguhnya tikar itulah yang lebih banyak berperan mencegah luka yang lebih parah. Sebab tikar inilah yang menghalangi mata pedang. Walaupun ia terlihat lemah, namun pada dasarnya ia lebih kuat daripada sutra. Hampir empat perlima tebasan pedang terserap untuk merobek tikar itu. Namun tubuh kalian juga sudah kuisi dengan kekebalan,” jelas Kai Anum sambil mengoleskan minyak ke bagian tubuh murid yang terluka. Entah minyak apa yang digunakannya. Perlahan daging yang terbuka itu menutup dan melekat kembali.
“Tapi, mengapa masih bisa luka?” tanyaku.
“Mungkin karena olah pernafasannya belum sempurna, atau ia pernah melanggar pantangan, sehingga ilmu taguh itu tidak bekerja sepenuhnya,” jelasnya.

***

Tahun demi tahun berlalu. Kai Anum semakin tua. Tenaganya telah diserap usia. Tubuhnya yang kekar menjadi lemah ditelan waktu. Ia tak lagi melatih di padepokan itu. Seorang murid kepercayaan telah mewakilinya. Aku sesekali masih datang ke sana sekedar bernostalgia, atau untuk mengasah kemampuan yang kumiliki, selain karena masih penasaran dengan jurus pemungkas perguruan silat itu.
Kupikir pelatih sekarang pasti diajarkan Kai Anum ilmu silat gaib itu, dan mengetahui kelemahannya. Tak mungkin orang yang dipercaya menggantikan kedudukannya tidak menguasai ilmu itu.
“Bisakah kau ajarkan silat refleks padaku?” pintaku sore itu.
“Maaf, Kang! Saya juga belum bisa,” jawab pelatih yang lebih muda dariku itu.
“Belum bisa atau tidak diizinkan Kai Anum?” pancingku.
“Sekalipun saya sudah puluhan tahun menggantikan guru, ia belum mengajariku ilmu itu,” sahutnya serius.
Mulai saat itu, aku tak lagi berkunjung ke sana. Aku langsung menemui Kai Anum di rumahnya. Dua kali seminggu aku bertamu. Kupijat-pijat kakinya yang tak mampu lagi berjalan tanpa tongkat itu. Aku berharap ia mau mengajarkan ilmu itu. Namun hingga dua bulan mengabdi, ia belum juga menurunkan ilmu itu padaku. Kuberanikan diri untuk memintanya.
“Sudah kukatakan, aku takkan mengajarkan ilmu itu, dan sudah kujelaskan bagaimana resikonya,” tegasnya lirih.
“Setidaknya guru menyampaikan apa kelemahannya, sehingga kalau menghadapi orang yang punya ilmu itu, aku bisa mengalahkannya,” bujukku.
“Niatmu untuk mengalahkannya. Aku tidak setuju kalau itu alasannya,” sahutnya membuatku semakin putus asa.
“Maksudku untuk membela diri, bukan untuk mengunggulinya,” kilahku.
“Kalau itu bisa aku terima. Tapi aku tetap tak akan memberitahukannya, karena kamu akan lihat sendiri kelemahannya.”
“Tapi, sampai sekarang saya belum melihatnya, Guru.”
“Tidak! Kamu sudah melihatnya, hanya kamu belum menyadarinya. Pahamilah apa-apa yang telah kau lihat dariku selama datang ke sini!”
Aku semakin tak mengerti maksudnya. Namun aku tak berani lagi bertanya. Aku terus berkunjung ke rumahnya, dengan harapan suatu saat ia mau menjelaskannya tanpa diminta.
***

Suatu hari aku kembali mengunjunginya. Ia duduk di kursi, di beranda sebelah kiri rumahnya. Kusandarkan sepedaku di bawah pohon tidak jauh darinya.
“Silakan naik!” sapanya ramah.
“Iya, Guru! Terima kasih,” sahutku, lalu kami bercakap-cakap seperti biasa sambil memijat kakinya.
Tiba-tiba entah mengapa sepeda itu akan jatuh ke arahnya. Secara refleks ia berdiri, lalu menepis sepeda itu hingga jatuh berbalik arah dan mengenai pohon. Kakinya yang tidak kuat berdiri, membuatnya jatuh dari teras ke tanah dengan posisi telungkup. Sepeda itu kembali akan menimpanya. Secara refleks pula ia mendorongnya ke arah depan, hingga terlempar beberapa meter. Aku terpana beberapa saat, hingga akhirnya kulihat Kai Anum tertatih-tatih untuk bangkit. Akupun segera menolongnya.
“Guru tak apa-apa?” tanyaku khawatir.
“Tak apa!” sahutnya singkat sambil mengatur nafasnya yang masih ngos-ngosan.
Kai Anum mengibas-ngibas debu yang melekat di pakaiannya. Kuamati bagian lututnya yang berbenturan dengan kerikil-kerikil tajam itu. Tak sedikit pun terdapat lecet di sana. Kupijit-pijit kakinya. Tiba-tiba kulihat mukanya seperti meringis.
“Ampun, Guru! Guru sakit?” tanyaku cemas dan menghentikan pijatan. Ia memejamkan mata, seolah menahan sakit.
“Ampun, Guru!” hibaku lagi karena khawatir ia marah gara-gara sepedaku itu.
“Sudahlah!” sahutnya sambil menghembuskan napas dan membuka mata. Aku diam, menanti apa yang akan diucapkannya.
“Sudah kamu lihat kelemahan patikaman itu?” tanyanya pelan. Aku mengangguk pelan, walaupun belum mengerti sepenuhnya.
“Jadi, kalau sudah tua dan kondisi fisik begini, jurus refleks itu tidak berguna lagi, bahkan hanya menyakiti diri sendiri. Jika kamu punya musuh, maka boleh jadi ia dendam, dan membalas ketika kamu lemah sepertiku ini. Jurus itu tidak dapat menolongmu, bahkan membuatmu lebih mudah ditaklukkan. Bisa kau bayangkan, seandainya sepeda itu jatuh menimpaku, pasti akibatnya tak sesakit karena terjerambab seperti tadi. Artinya, jelas bahwa bahayanya lebih besar dari manfaatnya.”
“Tapi Guru tidak terluka. Kenapa bisa sakit?”
“Jangan kau kira ilmu kebal itu bisa mencegah rasa sakit. Ia hanya menjaga kulit agar tidak terluka. Andaikan ilmu silat dan kekebalan itu dapat mencegah dari tua dan sakit, sampai ke ujung dunia pun aku akan mencarinya. Karena itu, cukup pelajari ilmu yang benar-benar bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain saja,” petuahnya membuat keinginanku mempelajari patikaman itu seketika menjadi sirna.

*** 

INILAH 11 MASAKAN DAN MAKANAN TRADISIONAL POPULER DI SUMATERA UTARA

Indoborneonatural---Nusantara Indonesia ini sangat kaya dengan aneka ragam masakan khas tradisional, diantaranya adalah Masakan-masakan dari Propinsi Sumatra Utara. Kuliner Sumatera Utara menjadi salah satu hal yang perlu disambangi dan disandingkan untuk Wonderful Indonesia. Kekayaan cita rasa dan bumbu khas di Sumatera Utara adalah alasannya. Kuliner Medan yang menjadi pusat pemerintahan provinsi banyak dipengaruhi oleh rasa dan aroma dari seluruh etnis dan suku di provinsi yang memiliki danau terbesar di Asia Tenggara Ini.

Berikut 11 masakan tradisional di Sumatera Utara yang populer, sering dicari dan disajikan dalam berbagai kesempatan dan acara : 

1. Dengke Mas na Niura 

Makanan ini dikenal juga dengan sebutan Ikan Mas Na Niura yang mana merupakan makanan tradisonal khas Batak yang berasal dari Tapanuli. Pada Jaman dahulu masakan na niura ini dikhususkan untuk para raja saja, namun karena rasanya yang enak sehingga semua orang-orang batak ingin menyantap dan membuatnya.

Masakan daerah, Kuliner, masakan tradisional, masakan Batak, Sumatera utara,


Ikan Mas Na Niura ini merupakan sebuah penyajian Lauk Pauk yang cara membuatnya tidak dimasak, direbus, digoreng atau semacamnya, karena na niura dalam bahasa Batak artinya ikan yang tidak dimasak, ikan mentah tersebut disajikan dengan bumbu yang lengkap sehingga yang akan membuat ikan tersebut lebih enak dirasa tanpa dimasak, yang artinya bahwa bumbu-bumbu itulah yang memasak ikan mas tersebut.


2. Arsik 


Salah satu masakan khas kawasan Tapanuli yang populer. Masakan ini dikenal pula sebagai ikan mas bumbu kuning. Ikan mas adalah bahan utama, yang dalam penyiapannya tidak dibuang sisiknya. Bumbu arsik sangat khas, mengandung beberapa komponen yang khas dari wilayah pegunungan Sumatera Utara, seperti andaliman dan asam cikala (buah kecombrang), selain bumbu khas Nusantara yang umum, seperti lengkuas dan serai. Bumbu-bumbu yang dihaluskan dilumuri pada tubuh ikan beberapa saat. Ikan kemudian dimasak dengan sedikit minyak dan api kecil hingga agak mengering.


3. Manuk Napinadar 

Atau Ayam Napinadar adalah masakan khas Batak yang biasanya dihidangkan pada pesta adat tertentu. Untuk mengerjakan resep yang satu ini agak sedikit rumit, butuh waktu dan kesabaran. Pastinya inti dari masakan ini adalah di saos darah ayam itu sendiri.

masakan khas sumut, masakan batak, masakan tradisional

Masak Ayam Napinadar ini, ayamnya harus dipanggang terlebih dahulu, setelah itu lalu disiram dengan saos spesial yakni darah ayam (manuk) itu sendiri, dan dicampur dengan andaliman, bawang putih bubuk (yang sudah digiling sampai halus) lalu dimasak. Sama seperti kita menuangkan saos ke atas ayam yang sudah dipanggang.


4. Saksang 

 

Atau sangsang adalah masakan khas dari tanah Batak yang terbuat dari daging babi (atau daging anjing) yang dicincang dan dimasak dengan menggunakan darah, santan dan rempah-rempah (termasuk jeruk purut dan daun salam, ketumbar, bawang merah, bawang putih, cabai, merica, serai, jahe, lengkuas,kunyit dan andaliman).Saksang menjadi makanan wajib dalam adat pernikahan Batak.


5. Sambal Tuktuk



Adalah makanan khas tradisional Batak, yang berasal dari Tapanuli. Sebenarnya bahan-bahan untuk membuat sambal tuktuk tidak berbeda dengan bahan sambal-sambal lainnya, sederhana saja. Yang membuat sambal ini sedikit lebih berbeda dengan sambal yang lain adalah andalimannya. Biasanya sambal tuktuk dicampur dengan ikan aso-aso (sejenis ikan kembung yang sudah dikeringkan), tapi jika tidak menemukan ikan aso-aso bisa diganti dengan ikan teri tawar.


6. Itak Gurgur 


Makanan tradisional khas Batak yang pada umumnya digunakan pada acara adat Batak tertentu. Itak gurgur dibuat dengan bahan yang sama dengan lampet, yaitu beras yang telah dihaluskan secara tradisional yang kemudian disebut itak. Rasa yang dihasilkan juga hampir sama dengan lapet, yaitu manis dan gurih.
Namun cara membuat itak gurgur berbeda dengan cara membuat lampet. Itak gurgur dibuat dengan cara yang sangat sederhana, yaitu dengan mengadon itak, kelapa muda yang telah diparut, gula pasir, dan sedikit air panas. Setelah dicampur sampai rata, kemudian adonan tersebut dicetak secara manual dengan tangan sendiri. Sudah, begitu saja. Itak Gurgur pun siap dihidangkan.
Kata gurgur di sini dapat diartikan sebagai “membara”. Pemberi itak gurgur selalu berharap si pemakan jadi memiliki semangat yang membara-bara. Agar benar-benar membara, itak gurgur dapat dikukus setelah air mendidih.


7. Kue Ombusombus 

Makanan atau jajanan khas Batak yang berasal dari Siborongborong, Tapanuli Utara. Kue ombusombus terbuat dari tepung beras yang diberi gula di tengahnya dan dibungkus dengan daun pisang.


Nama Ombusombus itu konon dibuat harus memberi tiupan (menghembuskan nafas) ketika memakannya dan kue ini enak dimakan di saat masih hangat.
Tak jelas sejak kapan penganan ini mulai “membudaya”, namun pada acara seremonial adat Batak tertentu, biasanya lampet atau ombusoombus tetap menjadi hidangan sela dan dibarengi kopi atau teh.


8. Kacang Sihobuk 


Makanan ringan/jajanan berbahan dasar kacang khas Batak yang berasal dari Desa Sihobuk, Tarutung, Tapanuli Utara. Nama Sihobuk adalah nama merk dagang yang diambil dari nama desa Sihobuk menjadi merk, tidak terlalu berbeda dengan kacang lain, namun kacang tersebut telah dipilih dan dipilah untuk dijual. Kacang sihobuk telah menjadi oleh-oleh terkenal, bahkan sampai ke luar negeri. Kacang sihobuk tersebut (tanpa dikuliti) dimasak di kuali besar yang telah diisi dengan pasir, diaduk atau digongseng supaya kacang masak, dan garing secara merata.


9. Sasagun 


Makanan ringan tradisional khas batak dari Sumatera Utara. Makanan ini dibuat dari tepung beras yang digongseng dengan kelapa dan dicampur dengan gula merah/aren. Soal rasa bisa dicampur dengan nenas atau durian, kacang atau sesuai dengan selera. Dahulu makanan ini selalu disertakan oleh orang tua kepada anak-anaknya yang akan merantau, dan juga kepada mereka yang akan pulang ke perantauan.


10. Dali ni Horbo 


Atau Bagot ni horbo adalah air susu kerbau yang diolah secara tradisional dan merupakan makanan khas Batak dari daerah Tapanuli.  Konon menurut ceritanya, tradisi mengolah susu kerbau menjadi dali sudah dimulai oleh leluhur orang batak semenjak adanya komunitas batak. Pada setiap rumah makan khas batak, dali menjadi menu utama. Untuk mendapatkan dali, umumnya di setiap onan (pasar) di daerah Tapanuli, dali menjadi komoditas dagangan.


11. Mie Gomak


Makanan yang berupa masakan mie ini adalah Makanan yang terkenal yang juga sebagai masakan khas daerah dari tanah Batak Toba, Mie Gomak ada disemua daerah yang meliputi semua daerah Batak Toba, dan juga menjadi masakan khas di Sibolga dan Tapanuli.



Mengenai asal usul sebutan untuk menu ini beragam versi. Sebagian menyebutkan, mungkin karena cara penyediaannya digomak-gomak (digenggam pakai tangan) hingga sampai saat ini disebut mie gomak, meski pun pada akhirnya tidak menggenggamnya dengan tangan di saat menghidangkannya. Juga sering disebut Spageti Batak karena mirip dengan spageti dari Itali, bentuknya mirip seperti lidi.Mie yang sudah direbus biasanya dibuat terpisah dengan kuah dan sambalnya. Meski banyak ragam untuk membuat menu makanan khas Batak ini, ada yang menggunakan kuah ada juga dibuat seperti mie goreng. Rasanya sangat unik apabila mie gomak dicampur dengan bumbu dari tanah Batak yakni andaliman.

Selain 11 masakan dan makanan khas dari Sumatera utara tersebut juga bisa kita lihat dan nikmati masakan lainnya yang bernuansa Batak sumatera utara ini seperti :

12. Sayur Daun Ubi Tumbuk
13. Sayur Daun Ubi Jantung Pisang
14. Babi Panggang Karo
15. Pancake durian medan 
16. Sate kerang tanjung 

Demikian tentang masakan tradisional di Sumatera Utara yang populer, sering dicari dan disajikan dalam berbagai kesempatan dan acara. bagi anda yang ingin merasakan enak dan lezatnya masakan ini silakan berkunjung dan berwisata ke Sumatera Utara.

MENGENAL TARI LENGGO TARIAN TRADISIONAL DARI BIMA, NTB

Mengenal Tari Lenggo Tarian Tradisional Dari Bima, NTB

Indoborneonatural----Tari Lenggo adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari daerah Bima, NTB. Tarian ini dibagi menjadi dua jenis tarian yaitu Tari Lenggo Melayu dan Tari Lenggo Mbojo. Tari Lenggo Melayu ini merupakan jenis Tari Lenggo yang dimainkan oleh penari pria, sedangkan Tari Lenggo Mbojo dimainkan oleh penari wanita. Tarian lenggo awalnya merupakan tarian klasik yang muncul serta berkembang di lingkungan istana Kerajaan Bima, dan hanya ditampilkan pada acara-acara tertentu saja.

Sejarah Tari Lenggo

Seperti yang disampaikan di atas, Tari Lenggo dibagi menjadi dua jenis tarian, yaitu Tari Lenggo Melayu dan Tari Lenggo Mbojo. Menurut sumber sejarah yang ada, Tari Lenggo yang pertama kali diciptakan adalah Tari Lenggo Melayu. Tari Lenggo Melayu ini diciptakan oleh seorang mubalig dari Sumatera barat bernama Datuk Raja Lelo. Tarian ini awalnya diciptakan khusus untuk upacara adat Hanta Ua Pua yang diselenggarakan di Bima. Tari Lenggo Melayu ini dibawakan oleh para penari pria, sehingga masyarakat Bima menyebutnya Tari Lenggo Mone.



Terinspirasi dari Tari Lenggo Melayu tersebut, Sultan Abdul Khair Sirajuddin kemudian menciptakan sebuah tari yang dibawakan oleh penari putri yang dinamakan Tari Lenggo Mbojo, atau disebut juga Tari Lenggo siwe. Gerakan dalam Tari Lenggo Mbojo ini merupakan hasil kreasi dan pengembangan dari Tari Lenggo Melayu. Tari Lenggo Mbojo ini kemudian sering ditampilkan dalam acara adat Hanta Ua Pua, yaitu upacara peringatan masuknya agama Islam di Bima, NTB.


Fungsi Tari Lenggo

Tari Lenggo ini biasanya ditampilkan pada acara tertentu seperti acara adat Hanta Ua Pua. Dalam acara tersebut Tari Lenggo dipertunjukan terutama pada saat rombongan Penghulu Melayu memasuki pelataran istana kerajaan. Sambil menari, dua pasang Tari Lenggo ini turut mendampingi Penghulu Melayu selama perjalanan menuju istana.

Pertunjukan Tari Lenggo

Dalam pertunjukannya, Tari Lenggo biasanya di mainkan oleh 4 sampai 6 penari, baik Tari Lenggo Melayu maupun Tari Lenggo Mbojo memiliki jumlah penari yang sama. Dalam pertunjukannya, konsep tarian ini cenderung lebih mengarah pada tarian penyambutan, dimana penari menari mengiringi kedatangan tamu atau para Penghulu Melayu saat acara adat Hanta Ua Pua. Gerakan Tari Lenggo didominasi dengan gerakan-gerakan pelan dan lemah gemulai mengikuti iringan musik pengiringnya.

Musik Pengiring Tari Lenggo

Dalam pertunjukannya, Tari Lenggo di iringi oleh musik tradisional dari Bima. alat musik pengiring tersebut biasanya terdiri dari gendang besar(gendang na’e), silu (sejenis serunai), gong dan tawa-tawa. Untuk mengiringi Tari Lenggo ini biasanya diiringi dengan musik berirama lembut atau pelan selaras dengan gerakan para penari.

Kostum Tari Lenggo

Di setiap pertunjukannya ada kostum khusus yang digunakan para penari Lenggo, penari Tari Lenggo biasanya menggunakan busana khas Bima, baik penari pria maupun wanita. Untuk warna kostum Tari Lenggo ini, biasanya lebih didominasi oleh warna cerah.


Perkembangan Tari Lenggo

Dalam perkembangannya, Tari Lenggo ini masih sering dipertunjukan sebagai bagian dari upacara Hanta Ua Pua. Selain itu, Tari Lenggo juga sering ditampilkan di berapa acara seperti penyambutan tamu penting dan festival budaya. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari usaha pelestarian dan memperkenalkan budaya dan tradisi yang ada di Bima, NTB.


KISAH CERITA, LEGENDA ALUE NAGA

Indoborneonatural----Suatu hari Sultan Meurah mendapat khabar tentang keresahan rakyatnya di suatu tempat, lalu beliau mengunjungi tempat tersebut yaitu sebuah desa di pinggiran Kuta Raja untuk mengetahui lebih lanjut keluhan rakyatnya.

"Tuanku banyak ternak kami raib saat berada di bukit Lamyong," keluh seorang peternak. "Terkadang bukit itu menyebabkan gempa bumi sehingga sering terjadi longsor dan membahayakan orang yang kebetulan lewat dibawahnya," tambah yang lainnya. "Sejak kapan kejadian itu?" Tanya Sultan Meurah. "Sudah lama Tuanku, menjelang Ayahanda Tuanku mangkat," jelas yang lain. 

Sesampai di istana Sultan memanggil sahabatnya Renggali, adik dari Raja Linge Mude. "Dari dulu aku heran dengan bukit di Lamnyong itu," kata Sultan Meurah. "Mengapa ada bukit memanjang disana padahal disekitarnya rawa-rawa yang selalu berair," sambung Sultan Meurah. "Menurut cerita orang tua, bukit itu tiba-tiba muncul pada suatu malam," jelas Renggali, "abang hamba, Raja Linge Mude, curiga akan bukit itu saat pertama sekali ke Kuta Raja, seolah-olah bukit itu mamanggilnya," tambahnya. "Cobalah engkau cari tahu ada apa sebenarnya dengan bukit itu!" Perintah Sultan.

Maka berangkatlah Renggali menuju bukit itu, dia menelusuri setiap jengkal dan sisi bukit tersebut, mulai dari pinggir laut di utara sampai ke kesisi selatan, "bukit yang aneh, "bisik Renggali dalam hati. Kemudian dia mendaki bagian yg lebih tinggi dan berdiri di atasnya, tiba-tiba dari bagian di bawah kakinya mengalir air yang hangat. Renggali kaget dan melompat kebawah sambil berguling.

"Maafkan hamba putra Raja Linge!" Tiba-tiba bukit yang tadi di pinjaknya  bersuara. Renggali kaget dan segera bersiap-siap, "siapa engkau?" Teriaknya. Air yg mengalir semakin banyak dari bukit itu membasahi kakinya, "hamba naga sahabat ayahmu," terdengar jawaban dari bukit itu dikuti suara gemuruh.

Renggali sangat kaget dan di perhatikan dengan seksama bukit itu yang berbentuk kepala ular raksasa walaupun di penuhi semak belukar dan pepohonan. "Engkaukah itu? Lalu di mana ayahku? Tanya Renggali. Air yang mengalir semakin banyak dan menggenangi kaki Renggali. "Panggilah Sultan Alam, hamba akan buat pengakuan!" Isak bukit tersebut. Maka buru-buru Renggali pergi dari tempat aneh tersebut. Sampai di istana hari sudah gelap, Renggali menceritakan kejadian aneh tersebut kepada Sultan.

"Itukah Naga Hijau yang menghilang bersama ayahmu?" Tanya Sultan Meurah penasaran. "Mengapa dia ingin menemui ayahku, apakah dia belum tahu Sultan sudah mangkat?"  tambah Sultan Meurah. Maka berangkatlah mereka berdua ke bukit itu, sesampai disana tiba-tiba bukit itu bergemuruh. "Mengapa Sultan Alam tidak datang?" Suara dari bukit. "Beliau sudah lama mangkat, sudah lama sekali, mengapa keadaanmu seperti ini Naga Hijau? Kami mengira engkau telah kembali ke negeri mu, lalu dimana Raja Linge?" Tanya Sultan Meurah. Bukit itu begemuruh keras sehingga membuat ketakutan orang-orang tinggal dekat bukit itu.

"Hukumlah hamba Sultan Meurah," pinta bukit itu. "Hamba sudah berkhianat, hamba pantas  dihukum," lanjutnya. "Hamba sudah mencuri dan menghabiskan kerbau putih hadiah dari Tuan Tapa untuk Sultan Alam yang diamanahkan kepada kami dan hamba sudah membunuh Raja Linge," jelasnya. Tubuh Renggali bergetar mendengar penjelasan Naga Hijau, "bagaimana bisa kamu membunuh sahabatmu sendiri?" Tanya Renggali.

"Awalnya hamba diperintah oleh Sultan Alam untuk mengantar hadiah berupa pedang kepada sahabat-sahabatnya, semua sudah sampai hingga tinggal 2 bilah pedang untuk Raja Linge dan Tuan Tapa, maka hamba mengunjungi Raja Linge terlebih dahulu, beliau juga berniat ke tempat Tuan Tapa untuk mengambil obat istrinya, sesampai di sana Tuan Tapa menitipkan 6 ekor kerbau putih untuk Sultan Alam, kerbaunya besar dan gemuk.

Karena ada amanah dari Tuan Tapa maka Raja Linge memutuskan ikut mengantarkan ke Kuta Raja, karena itu kami kembali ke Linge untuk mengantar obat istrinya. Namun di sepanjang jalan hamba tergiur ingin menyantap daging kerbau putih tersebut maka hamba mencuri 2  ekor kerbau tersebut dan hamba menyantapnya, Raja Linge panik dan mencari pencurinya lalu hamba memfitnah Kule si raja harimau sebagai pencurinya, lalu Raja Linge membunuhnya.

Dalam perjalanan dari Linge ke Kuta Raja kami beristirahat di tepi sungai Peusangan dan terbit lagi selera hamba untuk melahap kerbau yang lezat itu, lalu hamba mencuri 2 ekor lagi, Raja Linge marah besar lalu hamba memfitnah Buya si raja buaya sebagai pencurinya maka dibunuhlah buaya itu. Saat akan masuk Kuta Raja, Raja Linge membersihkan diri dan bersalin pakaian ditepi sungai, lalu hamba mencuri 2 ekor kerbau dan menyantapnya tetapi kali ini Raja Linge mengetahuinya lalu kami bertengkar dan berkelahi, Raja Linge memiliki kesempatan membunuh hamba tetapi dia tidak melakukannya sehingga hamba lah yang membunuhnya," cerita naga sambil berurai air mata.

"Maafkanlah hamba, hukumlah hamba!" terdengar isak tangis sang naga. Mengapa engkau terjebak disini?" Tanya Sultan Meurah. "Raja Linge menusukkan pedangnya ke  bagian tubuh hamba sehingga lumpuhlah tubuh hamba kemudian terjatuh dan menindihnya, sebuah pukulan Raja Linge ke tanah membuat tanah terbelah dan hamba tertimbun di sini bersamanya," jelas sang naga.

"Hamba menerima keadaan ini, biarlah hamba mati dan terkubur bersama sahabat hamba," pinta Naga Hijau. "Berilah dia hukuman Renggali, engkau dan abangmu lebih berhak menghukumnya," kata Sultan Meurah. "Ayah hamba tidak ingin membunuhnya, apalagi hamba, hamba akan membebaskannya," jawab Renggali. "Tidak! Hamba ingin di hukum sesuai dengan  perbuatan hamba," pinta Naga Hijau. "Kalau begitu bebaskanlah dia!" Perintah Sultan Meurah.

Maka berjalanlah mereka berdua mengelilingi tubuh naga untuk mencari pedang milik Raja Linge, setelah menemukannya, Renggali menarik dengan kuat dan terlepaslah pedang tersebut namun Naga Hijau tetap tidak mau bergerak. "Hukumlah hamba Sultan Meurah!" Pinta Naga Hijau. "Sudah cukup hukuman yang kamu terima dari Raja Linge, putranya sudah membebaskanmu, pergilah ke negerimu!" Perintah Sultan Meurah.

Sambil menangis naga tersebut menggeser tubuhnya dan perlahan menuju laut. Maka terbentuklah sebuah alur atau sungai kecil akibat pergerakan naga tersebut. Maka di kemudian hari daerah di pinggiran Kuta Raja itu disebut Alue Naga, disana terdapat sebuah sungai kecil yang disekitarnya di penuhi rawa-rawa yang selalu tergenang dari air mata penyesalan seekor naga yang telah mengkhianati sahabatnya.

* * *

Mandau Of The Borneo Dayak Sword Weapon


Mandau (Saber) is one of the Borneo Dayak sword weapon which is the inheritance of hereditary and considered a sacred item. In addition as a means of self-defense or fighting, saber is also a tool for cutting and slashing of plants and other objects, since almost day lives of most of the Dayak people in the forest, the saber is always tied at the waist to carry them.

Mandau (Saber) is a weapon shaped like a sword, but not so long. Her first saber used for war. In fact there are several sub ethnic Dayak saber is considered a sacred and magical objects. Not just anyone can own saber. Even saber that had been hallowed by the master of his, should not be released from his tainted arbitrarily. In fact there are several sub ethnic Dayak who completes his saber with a variety of spells and poison, it is intended that the stronger and powerful saber. Saber is the weapon of Dayak traditional style. Shaped like a sword, but not so long. Her first saber used for war. In fact there are several sub ethnic Dayak saber is considered a sacred and magical objects. Not just anyone can own saber. Even saber that had been hallowed by the master of his, should not be released from his tainted arbitrarily. In fact there are several sub ethnic Dayak who completes his saber with a variety of spells and poison, it is intended that the stronger and powerful saber. Saber is very powerful and flexible because they are made from volcanic rocks containing iron with special processing by expert saber sword from the local Dayak tribes, Saber jeweled or engraved in gold, silver or copper.

Mandau (Saber) or local community memnyebutnya "Ambang Birang Bitang Pono Ajun Kajau" well cared for and earnestly because it is believed that the sword has a spiritual power that can protect them from attacks and malicious intent opponent. In addition, it is believed that there is a saber is guarded by a woman, that if women found owners dream saber saber guardian, means of sustenance.


Mandau (Saber) apart made of iron and carved stone mountain, home or saber grip the saber is also commonly called home by using materials made carved deer antler for the color to white and black buffalo horn. But can also be made by using a type of wood called the local community "kayamihing". For the manner and process of making home saber with a wooden dowel kayamihing first to use the sliding soil soaked in the soil that are found in coastal areas. Section ornate saber tip home a hunted animal fur or human hair. To glue used saber departing landline rubber "sambun" wood that has been proven adhesive power.

NAMA DAN PROFIL LENGKAP PROVINSI KALIMANTAN UTARA (KALTARA)

Indoborneonatural----Provinsi di Indonesia, Kalimantan Utara (KALTARA) Ibukota nya adalah Tanjung Selor;
Provinsi Kalimantan Utara
Kalimantan Utara adalah sebuah provinsi di pulau kalimantan Indonesia yang terletak di bagian utara Pulau Kalimantan. Provinsi ini berbatasan langsung dengan negara tetangga, yaitu Negara Bagian Sabah dan Serawak. Hampir 40% penduduk Kalimantan Utara adalah Suku Jawa melalui program transmigrasi yang merupakan kelompok terbesar, disusul penduduk asal Sulawesi Selatan. Selebihnya merupakan penduduk asli Kalimantan yaitu Suku Dayak (Lun Bawang / Lun Dayeh, Kenyah, Murut), Suku Banjar, Suku Bulungan, Suku Tidung dan Suku Kutai.

Saat ini, Kalimantan Utara merupakan provinsi termuda Indonesia, resmi disahkan menjadi provinsi dalam rapat paripurna DPR pada tanggal 25 Oktober 2012 berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2012.

Kementerian Dalam Negeri menetapkan 11 daerah otonomi baru yang terdiri atas satu provinsi dan 10 kabupaten, termasuk Kaltara pada hari Senin, 22 April 2013. Bersama dengan penetapan itu, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi melantik kepala daerah masing-masing, termasuk pejabat Gubernur Kaltara yakni Irianto Lambrie. Infrastruktur pemerintahan Kalimantan Utara masih dalam proses persiapan yang direncanakan akan berlangsung paling lama dalam 1 tahun.

Pada tanggal 22 April 2015, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo melantik Triyono Budi Sasongko sebagai Pejabat Gubernur Kaltara menggantikan Irianto Lambrie yang telah menjabat selama 2 periode masa jabatan Pj. Gubernur Kaltara. (Sumber;Wikipedia.org)


Berdiri : 25 Oktober 2012
Dasar Hukum : UU No.20 tahun 2012
Letak : Pulau Kalimantan (0°57′ LU 116°26′ BT)
Tanda Plat Nomor Kendaraan : 
Luas Wilayah : 85.618 km2 (33,057 mil²)
Bandar Udara : Juwata, Kolonel Robert Atty Bessing, Long Apung , Nunukan
Pelabuhan Laut :Malundung, Tengkayu I dan II dan Ferry Juata Laut, Tunon Taka
Pahlawan :-
Perguruan Tinggi Negeri :Universitas Borneo Tarakan, Universitas KALTARA Tanjung Selor
Makanan Khas Daerah :


Obyek Wisata :Pantai Amal, terdiri dari 2 buah pantai, yaitu pantai amal baru dan pantai amal lama, Museum Rumah Bundar, Museum Baloy Adat Tidung, Hutan Mangrove, Penangkaran Buaya Juwata,Taman Kebun Anggrek, Taman Oval Ladang, Taman Oval Markoni, Taman Oval Malundung, Taman Monumen Penghargaan Kota Tarakan di Bandara Juwata, Bungker Peninggalan Jepang di Bandara Juwata, Makam Tentara Jepang , Tugu Makam Tentara Australia, Air Terjun Karungan, Pulau Sadau (SEMUA DI WILAYAH KOTA TARAKAN)

Peninggalan Sejarah : -

Industri dan Pertambangan  : (provinsi di sebelah utara Kalimantan ini memiliki potensi alam yang luar biasa. "Mulai dari minyak, gas, kelautan dan tambang)

Tarian Tradisional : -
Rumah Adat : Rumah Baloy.
Senjata Tradisional : Mandau.
Lagu Daerah : Bebilin

Suku : Suku Bugis, Suku Jawa, Suku Banjar, Suku Tidung, Suku Dayak, Suku Bulungan, Suku Suluk dan suku-suku lainnya
Bahasa Daerah : Tidung, Dayak
Pakaian Adat : -

Alat Musik Tradisional : Babun, Gambang, Rebab
Alat Musik Rebab

Cari Artikel