LEGENDA DANAU TOBA (Cerita Rakyat Sumatra Utara)

Legenda Danau Toba - Sumatera Utara


Indoborneonatural---Dikisahkan dahulu kala, di daerah yang sekarang disebut Sumatera Utara hiduplah seorang pemuda bernama Toba. Pemuda ini hidup sebatang kara dan cukup miskin. Setiap hari dia bertani untuk memenuhi kebutuhanya. Dan ketika dia memiliki waktu senggang, dia pergi memancing untuk mencari lauk. Si Toba adalah seorang pemuda yang rajin, namun dia belum juga memiliki isteri karena kehidupanya yang serba kekurangan. Sehingga terkadang dia sering dijadikan bahan hinaan oleh tetangganya. Namun si Toba tetap bersabar.

Hingga pada suatu hari, si Toba berniat memancing di sungai untuk mencari lauk. Diapun pergi membawa kail menuju sungai. Namun sepertinya hari itu dia sedang kurang beruntung. Karena sudah lama dia menunggu, belum ada satu ikan yang memakan umpanya. Dia hamper saja putus asa dan akan pulang. Namun tiba-tiba dia merasakan tarikan yang kuat pada pancingnya, umpanya di sambar ikan.

Dengan hati senang si Toba menarik pancingnya, dan seekor ikan yang cukup besar akhirnya dia dapat. Ikan itu memiliki sisik yang indah, bahkan dia belum pernah melihat ikan seindah itu sebelumnya. Dengan hati senang si Toba pulang ke rumahnya, dia membayangkan betapa lezatnya ikan itu nanti ketika dipanggang. Setelah sampai rumah, si toba menaruh ikan itu di dapur. Namun karena kayu bakarnya habis, dia pergi mencari kayu bakar dulu di hutan di dekat rumahnya.

Namun si Toba menjadi terkejut sekembalinya dari mencari kayu bakar. Karena ikan yang tadi dia taruh di meja dapur kini sudah tak ada, berganti menjadi beberapa keeping uang emas. Tentu saja si Toba sangat terkejut sekaligus senang karena uang emas yang dia temukan. Dia berniat segera pergi ke kamar untuk menyimpan uang itu. Namun lagi-lagi hal yang aneh membuat si Toba terkejut. Karena ketika dia membuka pintu kamar, dia melihat ada seorang perempuan yang sangat cantik tengah duduk di tempat tidurnya.

Melihat si Toba yang kebingungan, si wanita itu lalu menghampirinya. Dia menceritakan bahwa sesungguhnya dia adalah jelmaan dari ikan yang dia tangkap. Dia aslinya adalah seorang dewi, tapi karena suatu kesalahan dia dihukum dan dikutuk menjadi seekor ikan di bumi. Singkat cerita, si Toba akhirnya jatuh hati pada wanita itu. Dia berniat mempersunting wanita itu seagai isterinya. Ternyata wanita itu tak keberatan, namun dia memberikan satu syarat yang harus dipatuhi oleh si Toba. Yaitu.. si Toba tidak boleh sekalipun mengungkit atau menceritakan asal mula wanita itu adalah ikan. Si Toba menyanggupinya.

Setelah menikah, kehidupan si Toba kini menjadi lebih baik. Kemampuan ekonominya meningkat, dia kini bukan lagi orang miskin. Setelah setahun berlalu, akhirnya mereka dikaruniai seorang anak yang mereka beri nama Samosir. Samosir sangat dimanja oleh ibunya, sehingga hal tersebut menjadikan Samosir anak yang manja dan cukup nakal. Berkali-kali si Toa dibuat marah oleh ulah samosir, namun setiap kali dia ingat janjinya pada isterinya, dia berusaha menahan emosinya. Bahkan Samosir menjadi anak yang sangat malas dan sukanya hanya bermain-main saja. Setiap kali dia disuruh ibunya untuk mengantar nasi untuk ayahnya di sawah, dia selalu menolak. Hingga ibunya sendiri yang harus mengantarnya.

Namun pada suatu hari, samosir di suruh ibunya mengantar nasi untuk ayahnya ke sawah. Karena suatu alas an membuat ibunya tidak bisa mengantarnya. Karena terus dipaksa, dengan setengah hati Samosir mengantar makanan itu. Namun di tengah jalan dia melihat teman-temanya yang asik bermain. Karena tertarik, samosir akhirnya ikut dan lupa bahwa ayahnya sedang menunggu nasi yang dia bawa. Setelah capek bermain, dia merasa lapar. Lalu memakan bekal yang seharusnya dia bawa untuk ayahnya hingga tersisa sedikit.

Namun setelah dia kenyang, dia baru ingat bahwa bekal yang dia bawa adalah untuk ayahnya. Dia langsung pergi menemui ayahnya. Namun betapa terkejutnya si Toba, karena bekal yang diberikan padanya hanya berupa sisa. Karena merasa sangat lapar sebab bekal yang dia tunggu telat dating, ditambah rasa capek dan ulah samosir yang sudah keterlaluan, membuat Toba tak lagi bisa menahan emosi. Dia memarahi samosir habis-habisan, dan memukulnya dengan ranting. “Dasar anak nakal, anak bandel..!! Dasar anak ikan..!”. bentak Toba.

Mendengar itu, Samosir langsung menangis dan lari menemui ibunya di rumah. Si Toba sadar secara tak sengaja dia telah melanggar janji, dia berusaha mengejar Samosir. Sedangkan Samosir sudah sampai di rumah dan menceritakan semua yang dikatakan ayahnya pada ibunya. Mendengar penjelasan anaknya, ibunya merasa kecewa karena ternyata janji yang dibuat telah dilanggar. Dia segera menyuruh anaknya untuk pergi ke bukit dan memanjat pohon tertinggi di puncak bukit.

Samosirpun berlari hingga tiba di atas bukit, dan ia pun mendaki pohon tertinggi seperti perintah ibunya. Setelah itu, wanita itu pergi ke tepi sungai, dan terjun ke dalam sungai. Seketika itu, dia kembali berubah menjadi ikan yang sangat besar.Secara tiba-tiba, hujan lebat turun disertai angin dan Guntur. Air sungai juga meluap, banjir dimana-mana. Banyak orang yang tidak bisa menyelamatkan diri, termasuk si Toba. Kawasan itu berubah menjadi genangan air yang cukup luas, dan semua tenggelam di dalamnya. Kecuali sebuah bukit yang kini hanya terlihat sedikit bagian puncaknya.

Akhirnya, daerah itu berubah menjadi sebuah danau yang cukup luas, yang kini dikenal oleh masyarakat dengan nama Danau Toba yang berada di Sumatera Utara. Dan bukit kecil yang didaki oleh Samosir, kini menjadi sebuah pulau yang terletak di tengah-tengah danau, dan dikenal oleh penduduk sekitar dengan nama Pulau Samosir.

PERKEMBANGAN TARI JAIPONG SEBAGAI SENI-BUDAYA SUNDA

Indoborneonatural--Indonesia Nusantara Kaya dengan beragam seni khususnya seni tari daerah, salah satu seni tari daerah yang terkenal adalah Tari Jaipong. Tari Jaipong atau yang sering disebut dengan "Jaipongan" adalah sebuah tarian tradisional yang menampilkan suatu jenis tarian dan musik yang ceria"rancak"  merujuk dari kekayaan seni Indonesia khususnya kesenian Jawa Barat.

Sejarah Tari Jaipong

Sejarah Kebudayaan Tari Jaipong - Tari Jaipong adalah seni tari yang lahir dari kreativitas seorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira, Seorang seniman asal kota kembang Bandung sekitar tahun 1960-an. Beliau terinspirasi pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada Kliningan atau Bajidoran atau Ketuk Tilu. Sehingga ia dapat mengembangkan tarian atau kesenian yang kini di kenal dengan nama Jaipongan.

Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari “Daun Pulus Keser Bojong” dan “Rendeng Bojong” yang keduanya merupakan jenis tari putri dan tari berpasangan (putra dan putri). Awal kemunculan tarian tersebut semula dianggap sebagai gerakan yang erotis dan vulgar, namun semakin lama tari ini semakin popular dan mulai meningkat frekuensi pertunjukkannya baik di media televisi, hajatan, maupun perayaan-perayaan yang disenggelarakan oleh pemerintah atau oleh pihak swasta.

Perkembangan Tari Jaipong

Dari tari Jaipong ini mulai lahir beberapa penari Jaipongan yang handal seperti Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, dan Pepen Dedi Kirniadi. Kehadiran tari Jaipongan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap para pencinta seni tari untuk lebih aktif lagi menggali jenis tarian rakyat yang sebelumnya kurang di perhatikan. Dengan munculnya tari Jaipongan ini mulai banyak yang membuat kursus-kursus tari Jaipongan, dan banyak dimanfaatkan oleh para pengusaha untuk pemikat tamu undangan.
 
Di Subang Jaipongan gaya “Kaleran” memiliki ciri khas yakni keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas, dan kesederhanaan. Hal itu tercermin dalam pola penyajian tari pada pertunjukannya, ada yang diberi pola (Ibing Pola) seperti pada seni Jaipongan yang ada di Bandung, juga ada pula tarian yang tidak dipola (Ibing Saka), misalnya pada seni Jaipongan Subang dan Karawang. Istilah ini dapat kita temui pada Jaipongan gaya kaleran, terutama di daerah Subang.
 
Tari Jaipongan pada saat ini bisa disebut sebagai salah satu tarian khas Jawa Barat, terlihat pada acara-acara penting kedatangan tamu-tamu dari Negara asing yang datang ke Jawa Barat, selalu di sambut dengan pertunjukkan tari Jaipongan. Tari Jaipongan ini banyak mempengaruhi pada kesenian-kesenian lainnya yang ada di Jawa Barat, baik pada seni pertunjukkan wayang, degung, genjring dan lainnya yang bahkan telah dikolaborasikan dengan Dangdut Modern oleh Mr. Nur dan Leni hingga menjadi kesenian Pong-Dut.

Bentuk Penyajian dan Ciri Khas

Ciri khas Jaipongan gaya kaleran, yakni keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas dan kesederhanaan (alami/apa adanya). Hal itu tercermin dalam pola penyajian taxi pada pertunjukkannya, ada yang diberi pola (Ibing Pola) seperti pada seni Jaipongan yang ada di Bandung, juga ada tarian yang tidak dipola (Ibing Saka), misalnya pada Seni jaipongan Subang dan Karawang. Istilah ini dapat kita temui pada Jaipongan gaya Kaleran, terutama di daerah Subang. Dalam penyajiannya, Jaipongan gaya kaleran ini sebagai berikut : 1) Tatalu ; 2) Kembang Gadung 3) Buah Kawung Gopar ; 4) Tari Pembukaan (Ibing Pola), biasanya dibawakan oleh penari tunggal atau Sinde Tatandakan (seorang Sinden tetapi tidak menyanyi melainkan menarikan lagu sinden/juru kawih); 5) Jeblokan dan Jabanan, merupakan bagian pertunjukkan ketika para penonton (Bajidor) sawer uang (Jabanan) sambil salam temple. Istilah Jeblokan diartikan sebagai pasangan yang menetap antara sinden dan penonton (bajidor).

Perkembangan selanjutnya dari Jaipongan terjadi pada tahun 1980-1990-an, dimana Gugum Gumbira menciptakan tari lainnya seperti Toka-toka, Setra Sari, Sonteng, Pencug, Kuntul Man gut, Iring-firing Daun Puring, Rawayan dan Tari Kawung Anten. Dari taritarian tersebut muncul beberapa penari Jaipongan yang handal antara lain Iceu Effendi, Yumiati Mandiri, Miming Mintarsih, Nani, Erna, Mira Tejaningrum, Ine Dinar, Ega, Nuni, Cepi, Agah, Aa Suryabrata dan Asep Safaat.

Demikian tentang Perkembangan tari jaipong - jaipongan sebagai seni-budaya sunda, semoga bermanfaat. terimakasih.

KEBUDAYAAN DAN TRADISI PALING UNIK SERTA ANEH DI INDONESIA

Nusantara ini terdiri dari beragam suku bangsa, dengan adat istiadat dan kebudayaan yang berbeda-beda juga, banyak dari adat istiadat dan kebudayaan tersebut yang sangat unik dan aneh menurut pandangan kita masyarakat modern sekarang. Penulis mencoba mencari-cari beberapa kebudayaan dan tradisi yang unik tersebut. Setelah melakukan browsing dan googling di situs-situs internet, ternyata ada beberapa kebudayaan dan tradisi yang sangat unik dan aneh yang bisa penulis bagikan di sini seperti tradisi-tradisi berikut ini:

1. Tradisi Potong Jari (Papua)


 
Entah sejak kapan dan dimana asal muasal tradisi ini masyarakat Papua pedalaman, mereka memotong jari mereka sendiri untuk menunjukkan rasa kesedihan mereka. Terdengar sadis memang, namun itulah salah satu bentuk kekayaan budaya kita.

Bagi mereka, tradisi ini disimbolkan sebagai bentuk kesedihan yang mendalam akan kehilangan anggota keluarga yang meninggal. Semakin banyak kita melihat warga Papua pedalaman memotong jarinya maka dapat diartikan telah banyak pula anggota keluarga yang mereka cintai telah meninggal dunia.

Bahkan, masyarakat terdahulu Lembah Baliem, sebuah lembah pegunungan yang cukup terkenal, pernah ada tersingkap kasus dimana seorang ibu yang memotong jari anaknya yang baru lahir dengan cara menggigitnya karena ingin menghilangkan “kesialan” yang selama ini menderanya. Ia percaya dengan ia memotong jari anaknya maka kesialan yang selama ini ia alami dapat hilang.

2. Ritual Tiwah (Suku Dayak, Kalimantan Tengah)


Ini adalah prosesi mengantarkan arwah sanak saudara yang telah meninggal ke alam baka dengan cara menyucikan dan memindahkan sisa jasad dari liang kubur menuju sebuah tempat yang bernama Sandung. Tiwah merupakan upacara ritual kematian tingkat akhir bagi masyarakat suku Dayak di Kalimantan Tengah (Kalteng), khususnya Dayak Pedalaman penganut agama Kaharingan sebagai agama leluhur warga Dayak.

Sebelum upacara Tiwah diadakan, pertama ada upacara ritual lain bernama Tantulak. Menurut kepercayaan agama Kahirangan, setelah kematian si arwah belum bisa langsung menuju ke surga. Upacara Tantulak diadakan untuk mengawal roh-roh orang mati ke Bukit Mailan, dari situ roh-roh tersebut menunggu untuk berangkat dan bertemu dengan Ranying Hattala Langit, Tuhan mereka sampai kerabat atau keluarga mereka mengadakan upacara ritual Tiwah.

Bukit Mailan bisa dikatan sebagai Alam Rahim, tempat suci dimana manusia hidup sebelum dilahirkan kedunia. Ditempat ini, mereka yang sudah mati akan menunggu sebelum ke surga melalui upacara Tiwah.

Puncak acara tiwah ini sendiri akan menempatkan tulang yang digali dari kubur dan telah dimurnikan melalui ritual khusus ke dalam Sandung. Acara pertama yang diadakan adalah menusuk hewan kurban, kerbau, sapi, dan babi.

3. Mapasilaga Tedong (Tana Toraja, Sulawesi Selatan)

Mapasilaga Tedong yang mempunyai arti Adu Kerbau, tapi kerbau yang diadu disini bukanlah Kerbau sembarangan, melainkan ada tiga jenis. Yang pertama yaitu kerbau bule atau kerbau albino, kerbau lumpur (Bubalus bubalis) yang hanya ada di Tana Toraja, kerbau Salepo yang punya bercak hitam dipunggung, dan Lontong Boke yang memiliki punggung berwarna hitam.

Mapasilaga Tedong sendiri hanya akan diselenggarakan dalam sebuah rangkain upacara Rambu Solo, yaitu upacara pemakaman yang sudah meninggal beberapa tahun sebelumya.

Sebelum acara Mapasilaga Tedong dimulai, Kerbau yang akan ditandingkan, akan diarak dulu keliling kampung bersamaan dengan pemakaman seorang wanita dari keluarga yang berduka. Kemudian beberapa wanita menumbuk padi yang di wadahkan didalam lesung, untuk menciptakan suara tradisional.

Kemudian, pihak yang menyelenggarakan Mapasilaga Tedong harus memberikan daging babi bakar, rokok, dan tuak, kepada pemandu kerbau dan para tamu. Untuk arena adu, harus ditempatkan disebuah sawah yang luas dan berlumpur atau direrumputan.

Kemudian, pihak yang menyelenggarakan Mapasilaga Tedong harus memberikan daging babi bakar, rokok, dan tuak, kepada pemandu kerbau dan para tamu. Untuk arena adu, harus ditempatkan disebuah sawah yang luas dan berlumpur atau direrumputan. Kerbau yang dinyatakan kalah adalah kerbau yang berlari dari arena Mapasilaga Tedong.

Selain itu, saat Mapasilaga Tedong sedang berjalan, akan ada lagi prosesi lain yaitu pemotongan Kerbau ala Toraja yaitu Ma’tinggoro Tedong. Ini adalah prosesi tebas kerbau dengan sebuah parang, yang dilakukan hanya satu kali tebasan saja.

4. Rambu Solo (Tana Toraja)

Rambu Solo adalah pesta atau upacara kedukaan /kematian. Bagi keluarga yang ditinggal wajib membuat sebuah pesta sebagai tanda penghormatan terakhir pada mendiang yang telah pergi.

Setelah melewati serangkaian acara, si mendiang di usung menggunakan Tongkonan (sejenis rumah adat khas Toraja) menuju makam yang berada di tebing-tebing dalam goa. Nama makamnya adalah pekuburan Londa.

Yang unik dari upacara rambu solo adalah pembuatan boneka kayu yang dibuat sangat mirip dengan yang meninggal dan diletakkan di tebing.Uniknya lagi… konon katanya, wajah boneka itu kian hari kian mirip sama yang meninggal.

5. Pasola (Sumba)
Ini adalah bagian dari serangkaian upacara tradisional yang dilakukan oleh orang Sumba. Setiap tahun pada bulan Februari atau Maret serangkaian upacara adat dilakukan dalam rangka memohon restu para dewa agar panen tahun tersebut berhasil dengan baik. Puncak dari serangkaian upacara adat yang dilakukan beberapa hari sebelumnya adalah apa yang disebut Pasola.

Pasola adalah ‘perang-perangan’ yang dilakukan oleh dua kelompok berkuda. Setiap kelompok teridiri dari lebih dari 100 pemuda bersenjakan tombak yang dibuat dari kayu berdiameter kira-kira 1,5 cm yang ujungnya dibiarkan tumpul

6. Dugderan (Semarang)
Dugderan adalah sebuah upacara yang menandai bahwa bulan puasa telah datang. Dugderan dilaksanakan tepat 1 hari sebelum bulan puasa. Kata Dugder diambil dari perpaduan bunyi dugdug dan bunyi meriam yang mengikuti kemudian diasumsikan dengan derr.

Kegiatan ini meliputi pasar rakyat yang dimulai sepekan sebelum dugderan. Karnaval yang diikuti oleh pasukan merah-putih, drumband, pasukan pakaian adat “BHINNEKA TUNGGAL IKA” , meriam , warak ngendok dan berbagai potensi kesenian yang ada di Kota Semarang.

Ciri Khas acara ini adalah warak ngendok, sejenis binatang rekaan yang bertubuh kambing berkepala naga serta kulit sisik emas. Visualisasi warak ngendok dibuat dari kertas warna – warni. Acara ini dimulai dari jam 08.00 sampai dengan maghrib di hari yang sama juga diselenggarakan festival warak dan Jipin Blantenan.

7. Tabuik (Pariaman)


Berasal dari kata ‘tabut’ dari bahasa Arab yang berarti mengarak. Upacara Tabuik merupakan sebuah tradisi masyarakat di pantai barat, Sumatera Barat, yang diselenggarakan secara turun menurun. Upacara ini digelar di hari Asyura yang jatuh pada tanggal 10 Muharram.

Konon, Tabuik dibawa oleh penganut Syiah dari timur tengah ke Pariaman sebagai peringatan perang Karbala. Upacara ini juga sebagai simbol dan bentuk ekspresi rasa duka yang mendalam dan rasa hormat umat Islam di Pariaman terhadap cucu Nabi Muhammad SAW.

Dua minggu menjelang pelaksanaan upacara Tabuik, warga Pariaman sudah sibuk melakukan berbagai persiapan. Mereka membuat serta aneka penganan, kue-kue khas dan Tabuik. Dalam masa ini, ada pula warga yang menjalankan ritual khusus, yakni puasa. Pada hari yang telah ditentukan, sejak pukul 06.00, seluruh peserta dan kelengkapan upacara bersiap di alun-alun kota. Para pejabat pemerintahan pun turut hadir dalam pelaksanaan upacara paling kolosal di Sumatera Barat ini.

Selain sebagai nama upacara, Tabuik juga disematkan untuk nama benda yang menjadi komponen penting dalam ritual ini. Tabuik berjumlah dua buah dan terbuat dari bambu serta kayu. Bentuknya berupa binatang berbadan kuda, berkepala manusia, yang tegap dan bersayap. Oleh umat Islam, binatang ini disebut Buraq dan dianggap sebagai binatang gaib. Di punggung Tabuik, dibuat sebuah tonggak setinggi sekitar 15 m. Tabuik kemudian dihiasi dengan warna merah dan warna lainnya dan akan di arak nantinya.

Satu Tabuik diangkat oleh para pemikul yang jumlahnya mencapai 40 orang. Di belakang Tabuik, rombongan orang berbusana tradisional yang membawa alat musik perkusi berupa aneka gendang, turut mengisi barisan. Sesekali arak-arakan berhenti dan puluhan orang yang memainkan silat khas Minang mulai beraksi sambil diiringi tetabuhan.

Saat matahari terbenam, arak-arakan pun berakhir. Kedua Tabuik dibawa ke pantai dan selanjutnya dilarung ke laut. Hal ini dilakukan karena ada kepercayaan bahwa dibuangnya Tabuik ini ke laut, dapat membuang sial. Di samping itu, momen ini juga dipercaya sebagai waktunya Buraq terbang ke langit, dengan membawa segala jenis arakannya.

8. Makepung (Bali)

Makepung, yang dalam bahasa Indonesia berarti berkejar-kejaran, adalah tradisi berupa lomba pacu kerbau yang telah lama melekat pada masyarakat Bali, khususnya di Kabupaten Jembrana. Tradisi ini awalnya hanyalah permainan para petani yang dilakukan di sela-sela kegiatan membajak sawah di musim panen. Kala itu, mereka saling beradu cepat dengan memacu kerbau yang dikaitkan pada sebuah gerobak dan dikendalikan oleh seorang joki.

Makin lama, kegiatan yang semula iseng itu pun berkembang dan makin diminati banyak kalangan. Kini, Makepung telah menjadi salah satu atraksi budaya yang paling menarik dan banyak ditonton oleh wisatawan termasuk para turis asing. Tak hanya itu, lomba pacu kerbau inipun telah menjadi agenda tahunan wisata di Bali dan dikelola secara profesional. Sekarang ini, Makepung tidak hanya diikuti oleh kalangan petani saja,
para pegawai dan pengusaha dari kota pun banyak yang menjadi peserta maupun suporter. Apalagi, dalam sebuah pertarungan besar, Gubernur Cup misalnya, peserta Makepung yang hadir bisa mencapai sekitar 300 pasang kerbau atau bahkan lebih. Suasana pun menjadi sangat meriah dengan hadirnya para pemusik jegog(gamelan khas Bali yang terbuat dari bambu) untuk menyemarakkan suasana lomba.

9. Debus (Banten)
Atraksi yang sangat berbahaya ini biasa kita kenal dengan sebutan Debus. Konon kesenian bela diri debus berasal dari daerah al Madad. Semakin lama seni bela diri ini makin berkembang dan tumbuh besar disemua kalangan masyarakat Banten sebagai seni hiburan untuk masyarakat. Inti pertunjukan masih sangat kental gerakan silat atau beladiri dan penggunaan senjata. Kesenian debus banten ini banyak menggunakan dan memfokuskan di kekebalan seseorang pemain terhadap serangan benda tajam.

Kesenian ini tumbuh dan berkembang sejak ratusan tahun yang lalu, bersamaan dengan berkembangnya agama islam di Banten. Pada awalnya kesenian ini mempunyai fungsi sebagai penyebaran agama. Namun pada masa penjajahan Belanda dan pada saat pemerintahan Sultan Agung Tirtayasa, seni beladiri ini digunakan untuk membangkitkan semangat pejuang dan rakyat Banten melawan penjajahan yang dilakukan Belanda. Karena pada saat itu kekuatan sangat tidak berimbang, Belanda yang mempunyai senjata yang sangat lengkap dan canggih, terus mendesak pejuang dan rakyat banten. Satu-satunya senjata yang mereka punya tidak lain adalah warisan leluhur yaitu seni beladiri debus.

10. Kasada (Bromo)

Upacara Kasada bromo dilakukan oleh masyarakat Tengger yang bermukim di Gunung Bromo, Jawa Timur. Mereka melakukan ritual ini untuk mengangkat seorang Tabib atau dukun disetiap desa. Agar mereka dapat diangkat oleh para tetua adat, mereka harus bisa mengamalkan dan menghafal mantera-mantera.

Beberapa hari sebelum Upacara Kasada bromo dimulai, mereka mengerjakan sesaji-sesaji yang nantinya akan dilemparkan ke Kawah Gunung Bromo. Pada malam ke 14 bulan Kasada, Masyarakat tengger berbondong-bondong dengan membawa ongkek yang berisi sesaji dari berbagai macam hasil pertanian dan ternak. Lalu mereka membawanya ke Pura dan sambil menunggu Dukun Sepuh yang dihormati datang, mereka kembali menghafal dan melafalkan mantera, tepat tengah malam diadakan pelantikan dukun dan pemberkatan umat dipoten lautan pasir Gunung Bromo. Bagi masyarakat Tengger, peranan Dukun sangat penting. Karena mereka bertugas memimpin acara-acara ritual, perkawinan, dll.

Sebelum lulus mereka diwajibkan menghafal dan lancar dalam membaca mantra mantra. Setelah Upacara selesai, ongkek-ongkek yang berisi sesaji dibawa dari kaki gunung bromo ke atas kawah, lalu dilemparkan kedalam kawah, sebagai simbol pengorbanan yang dilakukan oleh nenek moyang mereka. Didalam kawah banyak terdapat pengemis dan penduduk tengger yang tinggal dipedalaman, mereka jauh jauh hari datang ke gunung bromo dan mendirikan tempat tinggal dikawah gunung Bromo dengan harapan mereka mendapatkan sesaji yang dilempar. Penduduk yang melempar sesaji berbagai macam buah buahan dan hasil ternak, mereka menganggapnya sebagai kaul atau terima kasih mereka terhadap tuhan atas hasil ternak dan pertanian yang melimpah.

11. Kebo-keboan (Banyuwangi)

Ritual Tradisi yang diadakan setahun sekali pada tgl 10 Suro atau 10 Muharaam di desa Alasmalang, Singojuruh, Banyuwangi, yang berkaitan dengan budaya agraris khususnya siklus tanam padi.Upacara ini adalah gabungan antara upacara minta hujan bila terjadi kemarau panjang atau rasa syukur, bila panen berhasil dengan baik.

Di upacara ini beberapa laki laki berdandan menjadi kerbau mereka harus berkubang di tengah kubangan sawah yang baru dibajak, kemudian diarak keliling desa, disertai karnaval kesenian rakyat. Kemudian mereka juga beraksi membajak sawah.

12. Ngaben (Bali)

 
Ngaben adalah upacara pembakaran atau kremasi jenazah umat Hindu di Bali. Dalam prosesi Ngaben, ketika api mulai disulut, perlahan-lahan kobaran api akan membesar dan mulai berkobar menyulut sosok jenazah.

Lama-kelamaan kobaran api mulai menghanguskan jazadnya yang dipercaya akan melepaskan segala ikatan keduniawian dari orang yang meninggal itu. Bila ikatan keduniawian telah terlepas, maka semakin terbukalah kesempatan untuk melihat kebenaran dan keabadian kesucian Illahi di alam nirwana sana.

Beberapa hari sebelum upacara Ngaben dilaksanakan, keluarga dari orang yang meninggal dibantu oleh masyarakat membuat “Bade” dan “Lembu” yang sangat megah yang terbuat dari kayu, kertas warna-warni dan bahan lainnya. “Bade” dan “Lembu” ini merupakan tempat dimana jenazah yang nantinya dibakar diletakan.

BUAH KARAMUTING SI KECIL TUMBUHAN LIAR YANG BERKHASIAT

Penulis teringat masa kecil dulu di Barito Kuala Kalimantan Selatan, bermain di pinggir sawah, di bawah pepohonan rindang yang dipenuhi dengan pohon buah karamunting. Rasa senang hati mencari buah-buah karamunting di sela-sela daun dari tumbuhan karamunting yang tumbuh seperti semak-semak. Menjelang matang, warna buah yang semula berwarna hijau menjadi merah kecokelatan sampai hitam dan bisa dimakan. Ada keasikan tersendiri mengumpulkan buah-buahan karamuting ini untuk dimakan beramai-ramai.

Ketika penulis nonton televisi Geografic chanel edisi food yang mengulas tentang Buah karamunting ini. Penulis jadi semakin paham bahwa buah karamunting sangat berkhasiat, karena ternyata di banyak negara, salah satunya Kanada ada tuh buahnya. Termasuk tumbuhan berry-berryan yang kaya gizi dan mengandung anti oksidan yang tinggi.

Di Indonesia, selain sebagai obat yang sangat berkhasiat, kandungan “tannin” di dalam akar Karamunting atau zat warna Karamunting digunakan sebagai pewarna hitam dan telah digunakan untuk menghitamkan gigi dan alis.

Menurut Asalnya, dipercaya Karamunting berasal dari Asia Selatan dan Asia Tenggara dan akhirnya menyebar ke daerah tropis dan subtropis sampai ketinggian 2400 m.  Karamunting dapat tumbuh pada berbagai habitat dan jenis tanah. Di beberapa tempat tanaman ini digunakan sebagai tanaman hias mengingat warna bunganya sangat menarik. Tetapi di tempat lain, tanaman ini dianggap sebagai gulma (tanaman pengganggu) karena pertumbuhannya yang sangat cepat sehingga mengalahkan vegetasi aslinya.

Karamunting mempunyai pertumbuhan yang cepat dan dapat mencapai ketinggian 4-12 m. Letak daun berlawanan, daun berbentuk oval, bagian atas daun berwarna hijau mengkilap, bagian bawah daun berwarna abu-abu berbulu. Panjang daun 5-7 cm dan lebar 2-3,5 cm. Bunga tunggal atau berkelompok (klaster) 2-3 bunga, diameter 2,5-3 cm dengan  warna beragam dari merah muda (pink) sampai ungu dengan  benang sari banyak dan  tidak beraroma.

Buah karamunting berbentuk lonjong dengan ukuran panjang 1-1,5 cm. Menjelang matang, buah yang semula berwarna hijau berubah menjadi merah kecokelatan sampai hitam. Kulit buah seperti beludru. Buah yang matang berwarna ungu, lunak, dengan 40-45 biji didalamnya. Daging buah seperti anggur, hanya terasa lebih berserat, tak terlalu mengandung air, dan rasanya manis.  Perbanyakan tanaman secara alami terjadi melalui biji yang disebarkan oleh burung.

Secara farmakologi, Buah dan Tanaman Karamunting mempunyai 3 (tiga) manfaat sebagai berikut:
1. Hemostasia
Buah Karamunting menunjukkan efek hemostatik dalam saluran pencernaan bagian atas dan melawan Metrorrhagia penyebab pendarahan pada wanita. Akar Karamunting juga bisa meningkatkan jumlah trombosit, meningkatkan tingkat fibrinogen, dan otot kontrak pembuluh darah halus.

2. Efek adaptif
Buah Karamunting meningkatkan tingkat hemoglobin dan jumlah sel darah merah. Hal ini juga meningkatkan antianoxic, rasa dingin dan kemampuan melawan kelelahan organisme.

3. Anti-bakteri
Dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa buah Karamunting dan ekstrak akar menghambat Staphylococcus aureus penyebab nanah. Karamunting juga menghambat E. coli dan Staphylococcus aureus.

Karamunting sendiri sudah diteliti secara luas, diantaranya oleh Universitas Pertanian China Selatan di RRC, Universitas Groningen di Belanda, Universitas Prince Songkla di Thailand, Institut Teknologi Bandung di Bandung dan Universitas Andalas di Padang -dua universitas terakhir berasal dari Indonesia. 

Sumber:  

http://www.palangkaraya.net/olahraga-kesehatan/2011/07/25/karamunting-si-liar-yang-bermanfaat

http://balitbu.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/component/content/article/16-penelitianpengkajian2/592-karamunting-si-kaya-manfaat

http://yulviniawaliyah2127.blogspot.co.id/2014/06/buah-karamunting.html.

ASAL MUASAL MONYET BEKANTAN (NASALIS LARVATUS)

Sebuah mitos yang berkembang di masyarakat kalimantan selatan tempo dulu dah diceritakan turun temurun hingga sekarang adalah cerita tentang Monyet bekantan merupakan jelmaan Orang Belanda. Hah apa hubungannya monyet dengan bule belanda ini?. Ceritanya, pada jaman dahulu penjajah Belanda tersebut mau menyerang kerajaan Banjar, ketika kapal belanda memasuki Sungai Martapura, mereka dihadang oleh pejuang Banjar. Karena kalah senjata, para pejuang hampir mengalami kekalahan, tetapi para pejuang yang tersisa berdoa memohon pertolongan kepada Tuhan. Ternyata doa para pejuang ini dikabulkan Tuhan dengan menenggelamkan kapal Belanda tersebut.

Penjajah Belanda yang di dalamnya pun ikut tenggelam, dan tak lama kapal yang karam tersebut dipenuhi oleh pepohonan dan terbentuk pulau. Dan tanpa ada yang tahu, ternyata ada binatang semacam kera yang mempunyai hidung besar, berwarna Oranje, dan bermuka besar seperti layaknya orang Belanda. Maka disebutlah Bekantan atau Kera Belanda. 

Bekantan atau biasa disebut Monyet Belanda merupakan satwa endemik Pulau Kalimantan (Indonesia, Brunei, dan Malaysia). Bekantan merupakan sejenis kera yang mempunyai ciri khas hidung yang panjang dan besar dengan rambut berwarna coklat kemerahan. Dalam bahasa ilmiah, Bekantan disebut Nasalis larvatus.

Ciri-ciri dan Habitat Bekantan adalah Hidung panjang dan besar pada Bekantan (Nasalis larvatus) yg hanya dimiliki oleh spesies jantan. Kera betina lebih memilih jantan dengan hidung besar sebagai pasangannya.

Bekantan atau dalam nama ilmiahnya Nasalis larvatus adalah sejenis monyet berhidung panjang dengan rambut berwarna coklat, (Nasalis larvatus) hidup secara berkelompok. Masing-masing kelompok dipimpin oleh seekor Bekantan jantan yang besar dan kuat. Biasanya dalam satu kelompok berjumlah sekitar 10 sampai 30 ekor. Sistem sosial bekantan pada dasarnya adalah One-male group, yaitu satu kelompok terdiri dari satu jantan dewasa, beberapa betina dewasa dan anak-anaknya. Selain itu juga terdapat kelompok all-male, yang terdiri dari beberapa bekantan jantan. Jantan yang menginjak remaja akan keluar dari kelompok one-male dan bergabung dengan kelompok all-male. Hal itu dimungkinkan sebagai strategi bekantan untuk menghindari terjadinya inbreeding. Bekantan juga dapat berenang dengan baik, kadang-kadang terlihat berenang dari satu pulau ke pulau lain. Untuk menunjang kemampuan berenangnya, pada sela-sela jari kaki bekantan terdapat selaputnya. Selain mahir berenang bekantan juga bisa menyelam dalam beberapa detik, sehingga pada hidungnya juga dilengkapi semacam katup.

Kelompok Monyet Bekantan

Satwa yang dilindungi ini lebih banyak menghabiskan waktu di atas pohon. Walaupun demikian Bekantan juga mampu berenang dan menyelam dengan baik, terkadang terlihat berenang menyeberang sungai atau bahkan berenang dari satu pulau ke pulau lain. Untuk menunjang kemampuan berenangnya, pada sela-sela jari kaki bekantan terdapat selaput. Selain mahir berenang bekantan juga bisa menyelam.

Seekor Bekantan betina mempunyai masa kehamilan sekitar166 hari atau 5-6 bulan dan hanya melahirkan 1 (satu) ekor anak dalam sekali masa kehamilan. Anak Bekantan ini akan bersama induknya hingga menginjak dewasa (berumur 4-5 tahun). 

Perlu juga diketahui Bekantan ini temasuk binatang yang unik dalam hal makan, dia mempunyai selera makan kelas tinggi. Contohnya bekantan hanya mau makan makanan buah atau daun-daunan yang masih segar saja.

Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Bekantan
http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia/article/bekantan-belanda-dari-singapura
http://alamendah.wordpress.com/2010/01/06/bekantan-si-hidung-panjang-dari-kalimantan/

Cari Artikel