Home » , » ASAL USUL NAMA 'KUIN' DI BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN

ASAL USUL NAMA 'KUIN' DI BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN


Indoborneonatural--Kuin atau kampung kuin yang ada di wilayah kota Banjarmasin Kalimantan Selatan adalah sebuah kawasan permukiman di pinggiran Kota Banjarmasin yang dilalui oleh sebuah sungai bernama sungai Kuin, yakni sungai yang menghubungkan sungai terbesar pertama; sungai Barito dengan sungai terbesar kedua; sungai Martapura.

Dulunya sepanjang sungai Kuin ini adalah kawasan Kuin. Dengan adanya sistem pemerintahan dari zaman Hindia Belanda, pendudukan Jepang dan Republik Indonesia, maka yang disebut kawasan Kuin adalah meliputi kampung-kampung, seperti Kampung Kuin Utara, Kampung Kuin Selatan, Kampung Kuin Cerucuk, Kampung Pangeran, Kampung Sungai Miai, Kampung Antasan Kecil Timur, dan Kampung Antasan Kecil Barat.

Lokasi kawasan Kuin saat ini secara administrasi terletak di Kecamatan Banjarmasin Utara, membentang mulai ujung/pertemuan sungai Alalak hingga sungai Pangeran, sedang sungai Kuin dipandang sebagai alur utama lalu lintas kawasan Kuin yang menghubungkan beberapa sungai diwilayah Kota Madya Banjarmasin dan sebagian Kabuparen Barito Kuala


Asal Nama Kuin


Kuin (dahulu Cohin/Kween/Kuwin) atau Banjar Lama adalah wilayah sepanjang daerah aliran sungai Kuin di kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Pada tahun 1500, Kuin merupakan sebuah kampung yang dipimpin seorang kepala kampung yang bergelar Patih Kuin. Pada masa Sultan Tamjidullah I (1734-1759) yang berkedudukan di Martapura, daerah Kuin merupakan sebuah kademangan yang dipimpin oleh Kiai Demang Astungkara. (wikipedia)


Ada dua pendapat mengenai asal nama Kuin atau Kuwen. Pendapat pertama mengatakan bahwa Kuin berasal kata kuyin dalam bahasa Ngaju (nij) yaitu nama sejenis buah (A. Gazali Usman, 1994:78). Pendapat kedua mengatakan bahawa Kuin berasal dari kata "river Queen" sebutan yang yang dipakai oleh bangsa Belanda atau Inggris yang mulai datang ke daerah ini tahun 1607.

Muara Kuin atau tepatnya Kampung Kuin di Kelurahan Kuin Utara sekarang, merupakan wilayah bersejarah. Pada awal masa berdirinya, kota Banjarmasin memang bermula di Kampung Kuin; sebuah bandar orang-orang Melayu yang didirikan Patih Masih pada permulaan Abad 15. Kampung Kuin, Sungai Kuin dan daerah-daerah disekitarnya menjadi tempat aktivitas masyarakat dan kawula Kerajaan Banjar yang ramai di bidang ekonomi dan perdagangan. Sampai keadaan berubah ketika watak dan tabiat bangsa-bangsa kolonial memasuki wilayah ini di lain masa.


Kuin sebagai pusat pemerintahan dan ibukota Kerajaan Banjar pada masa itu lebih populer dengan sebutan 'Bandarmasih' atau 'Banjarmasih', sedangkan nama 'Banjarmasin' sendiri timbul akibat kesalahan pengucapan para serdadu kolonial dan orang-orang Belanda maupun pendatang asing lainnya dari Eropa. Sampai sekitar tahun 1664, arsip kerajaan Belanda berupa surat-surat yang dikirim ke wilayah Hindia Belanda untuk sultan-sultan yang memerintah di Kerajaan Banjarmasih, tetap menyebut Kerajaan Banjarmasih dalam versi ucapan Belanda; 'Bandzermash'. Kemudian sesudah tahun 1664 menjadi 'Bandjermassinghh', dan 'Bandjermasing' (tanpa huruf s dan hh).


Perkembangan Daerah Kuin

Pada tahun 1787 sebagian daerah Kalimantan Selatan dan Tengah diantaranya Pulau Tatas (termasuk Kuin Selatan) diserahkan kepada VOC, selepas itu pada permulaan abad ke-19, daerah Pulau Tatas/Kuin beserta daerah kawasan sekitarnya dijadikan Afdeeling Kween. Pada awal kemerdekaan daerah Kuin merupakan satu wilayah desa. Pada tahun 1964, desa Kuin dimekarkan menjadi 5 desa yang masing-masing dipimpin seorang pambakal (Kepala Desa) yaitu Kuin Utara, Kuin Selatan, Kuin Cerucuk, Pangeran, dan Antasan Kecil. Tanggal 1 Oktober 1980, desa tersebut telah diubah statusnya menjadi kelurahan.

* * *

0 komentar:

Cari Artikel