Home » , , , » MENGENAL ALAT MUSIK KECAPI DARI KALIMANTAN SELATAN

MENGENAL ALAT MUSIK KECAPI DARI KALIMANTAN SELATAN

Indoborneonatural---Salah satu alat musik instrumental dari Banua Banjar Propinsi Kalimantan Selatan adalah Kecapi. Secara Ilmu alat-alat musik (organologi) pada prinsip penyaraanya kecapat tergolong pada "kordofon", yang berarti bunyi terjadi karena getar dawai-dawai yang diregangkan. Tidak ada istilah yang dipergunakan untuk nama alat kecapi ini. Instrumen kecapi ini ditermuka di daerah Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, di desa Kanarum, 40 km dari kota Tanjung ibu kota Kabupaten Tabalong. Desa Kinarum adalah desa di Kecamatan, yang penduduknya terdiri dari sebagian besar Dayak Deyah. Jadi alat musik kecapi ini dimiliki sebagai alat musik tradisional suku Dayak Deyah.

Bentuk fisik alat kecapi ini seperti perahu dalam ukuran kecil. Bentuknya seperti Perahu perang Bugis yang berdagang di Nusantara. Secara garis besar kecapi terdiri dari beberapa bagian yaitu; Bagian badan, tangkai (tempat bertumpu dawai) dan bagian pemutar peninggikan/perendahan dawai.


Alat musik teradisional, Alat musik Kalsel, Kecapi Kalsel, Seni-budaya Indonesia, Budaya Banjar


Dawai hanya dua. Dawai terdiri dari akar sejenis kayu pohon-pohon yang disebut "unus".

Badan instrumen terbuat dari sejenis kayu khusus ditemukan dihutan desa Kinarum yang bernama 'sembawai". Jenis kayu lain tidak dibolehkan dijadikan bahan instrumen ini. Sesuai dengan kepecayaan yang dianut masyarakat di daerah ini. Jenis kayu ini dkhususkan juga untuk penyembuhan dan pengobatan orang sakit. Jenis kayu khusus yang terlihat ringan, seringan kayu "pelantan".

Cara membuat alat kecapi tradisional ini dilakukan secara tradisional juga. Kayu dipotong agak panjang dari ukuran seharusnya. Panjang kecapi  yang sudah jadi adalah 120 cm. Badan kecapi diraut dan dikeruk/dilobangi bagian bawahnya. Lobang ini menjadi kotak resonan. Meraut dan membentuk ini harus dilakuka dengan teliti sekali karena ketelitian inilah yang menentukan bunyi yang baik. Pada bagian pemuar/draier mempunyai ujung yang melengkung ke atas. Ujung yang melengkung inilah yang menentukan baik tidaknya bunyi. Setelah selesai membentuk kecapi yang mempunyai bunyi yang baik, barulah kecapi ini dikeringkan di panas matahari. Pengeringang cukup memakan waktu agak lama, yaitu kira-kira dua bulan. Sesudah keringa barulah dipasang tali dan draiernya. Ujung tali di badannya dimasukan ke dalam kotak resonan dan diberi buhul supaya tidak lepas. Tali kecapi yang dimasukan kedalam kotak resonannya harus melalui sisir/kam yang menjadi satu dengan badan kecapi atau kotak resonan.

Pada tangkainya/pegangan tangan untuk mengatur tinggi rendah nadanya ditempatkan 4 buah jembatan yang dapat digeser ke atas maupun ke bawah. Maksud ke atas adalah penggeseran jembatan mendekati draier, Sedangkan ke bawah berarti mendekati badan kecapi/kontak resonan.

Jembatan ini terbuat dari kayu tipis berbentuk trapesium. Jembatan adalah alat untuk dawai bertumpu. Dibagian bawah dari jembatan direkatkan sejenis karet mentah seperti odonan tepung yang diambil dari rumah binatang "wanyi", sejenis tawon. Gunanya karet ini ialah untuk merekatkan jembatan-jembatan bila dipindahkan kedudukannya. Antara jembatan yang satu dengan yang lainnya dihubungkan oleh binatang kecil supaya tidak hilang bila jatuh terlepas dari rekatan.

Untuk Draier agar mampu menopang kinerja kecapi menjadi lebih baik, draier ini terbuat dari bahan kayu yang cukup keras agar tidak mudah patah.

Secara terperinci ukuran kecapi tersebut adalah :
Panjang seluruhnya 120 cm. Tinggi badan 7,5 cm ; lebar badan 11 cm pada bagian tengahnya. Tinggi/tebal tangkai 2,3 cm. Tebal ujung tangkai yang melengkung 3,25 cm. Panjang draier 10 cm, sedangkan tebalnya 1,25 cm pada bagian pemutar. Pada ujung pemutar tebalnya  0,7 cm.


Alat musik teradisional, Alat musik Kalsel, Kecapi Kalsel, Seni-budaya Indonesia, Budaya Banjar


Panjang tali 75 cm. Tebal jembatan tali bertumpu 1 x 1,5 x 2,25 cm. Tebal kam 2 x 2 x 2 cm pada bagian ujung tali yang dimasukkan menembus badan kecapi.

Untuk memainkan kecapi dapat dilakukan dengan duduk bersila di atas lantai, dibalai-balai ataupun duduk di kursi. Karena fungsi instrumen ini adalah sebagai melodi utama dalam iringan tarian "balian bukit", maka permainan alat ini umumnya dilaksanakan di atas lantai.

Kecapi dimainkan oleh orang yang telah ditentukan oleh Kepala adat/dukun. Badan kecapi diletakkan di atas paha kanan dan tangan kiri memegang tangkai untuk menekan tali dengan jari. Jari tangan kanan dipergunakan untuk memetik tali/dawai.

Jenis lagu yang dimainkan untuk tari balian bukit ada beberapa macam. Untuk Sang Hiah ?Wanang yang mempunyai kedudukan tertinggi di atara semua dewa biasanya mempergunakan lagu dengan nada tinggi.

Lagu yang dinyanyikan bernama "buncu kaling". Jembatan dipindahkan kebawah sehingga nadanya akan menjadi lebih tinggi. Untuk banyaknya nada yang dipakai adalah 4 nada. Tali pertama/dawai pertama mempunyai tinggi nada setinggi C sentral Dawai kedua setinggi D oktaf kecil.

Sejak kapan dipergunakannya kecapi ini sebagai alat penggiring dalam tarian 'balian bukit' suku dayak Deyah tidak diketahui dengan pasti. Bagi masyarakat desa Kinarum yang masih memeluk agama "Kaharingan/animisme" masih mengerjakan upacara-upacara yang mereka warisi dari nenek moyangnya. Tari "balian bukit" adalah tari upacara penyembuhan/pengobatan orang sakit. Dukunnya bertindak sebagai Ketua upacara langsung menjadi penyanyinya. 

Demikian tentang alat musik kecapi dari Kalimantan Selatan.  Semoga bermanfaat. Terimakasih.


Sumber: 
Buku Ensiklopedi Cerita Rakyat, Musik dan Tari Daerah Kalimantan Selatan. Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Tahun 1978/1979, Kanwil Depdikbud Propinsi Kalimantan Selatan Tahun 1986. 

Baca juga alat musik Gong Kalsel!!

0 komentar:

Cari Artikel