Home » , , » MENGENAL LEGENDA SUKU ASMAT PAPUA IRIAN JAYA

MENGENAL LEGENDA SUKU ASMAT PAPUA IRIAN JAYA

Indoborneonatural----Indonesia adalah Negara yang kaya dengan keaneka ragaman suku bangsa yang sebagian masih primitif. Salah satu suku ini yang terdapat di tanah Papua (Irian Jaya). Keunikan daerah dan kebudayaan yang kaya nilai-nilai mengundang para ilmuwan di manca Negara untuk mengadakan penelitian secara intensif. Bahkan di Universitas Cendrawasih sudah dibuka studi-pengkajian suku bangsa primitive yang juga ikut mengkaji, meneliti dan mengembangkan pengetahuan tentang suku Asmat di Papua Irian Jaya.

Kabupaten Marauke terletak di pantai Barat Irian Jaya yang terdiri dari 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Sawa Erma, Agats, Asmat dan Primapun. Suku Asmat berdiam di daerah yang sangat terpencil dan alamnya sangat panas dengan daerah yang berawa-rawa, berlumpur serta ditutupi oleh hutan tropis. Banyak batu-batuan yang sangat langka yang ditemukan di daerah yang berawa-rawa tersebut. Orang-orang suku Asmat dalam kehidupannya memang tidak mengenal besi dan keramik, karena benda tersebut tidak ada di sana sehingga mereka memasak makanannya di atas api yang terbuka.

Sejarah dan Asal usul orang Asmat menurut kepercayaan penduduk setempat, mereka juga berasal dari Fumeripits (Sebutan Untuk sang Pencipta mereka). Orang ini dikisahkan asalmulanya sebagai orang yang terdampar di tepi pantai dalam keadaan sekarat. Berkat bantuan sekelompok burung, ia dapat selamat dan hidup sendirian di daerah baru tersebut. Untuk mengisi kesepiannya, ia mengukir patung-patung dari kayu dan membangun rumah panjang untuk menempatkan patung-patung tadi. Lalu ia membuat tifa yang tabuhnya setiap hari. Pada suatu hari, tiba-tiba semua patung kayu tadi bergerak mengikuti irama tifa. Secara ajaib patung kayu berubah menjadi manusia hidup dan mendiami daerah itu. Sejak itu dikisahkan bahwa Fumeripits pergi berkelana dan membangun rumah panjang di setiap daerah yang kunjunginya dan menciptakan manusia-manusia baru yang sekarang dikenal dengan orang-orang suku Asmat.
Hingga sekarangpun pada kepercayaan orang-orang suku Asmat, para pemahat yang disebut “Wow-ipit” terus mengukir kayu dan membentuk manusia sebagai sebuah ritual untuk membentuk eksistensi manusia baru, tetapi hingga sekarang memang tidak pernah menjelma menjadi manusia hidup.

Sistem Religi Suku Asmat

Orang-orang Asmat menyebut dirinya asmat-ow yang artinya manusia sejati; atau As-Asmat yang artinya manusia pohon bagi orang-orang Asmat merupakan benda yang paling luhur, karena manusia adalah pohon, pohon adalah manusia. Mereka percaya bahwa ala mini didiami oleh roh-roh, jin-jin, makhluk-makhluk halus yang semuanya itu dinamakan setan. Setan terbagi menjadi dua kategori, yaitu;

1.Setan yang membahayakan jiwa, seperti setan perempuan hamilyang meninggal atau setan yang hidup di pohon beringin.

2.Setan yang tidak membahayakan jiwa tetapi suka menakut-nakuti dan mengganggu saja.

Orang Asmat mempercayai dan meyakini bahwa manusia mempunyai paling sedikit enam jiwa dan menjiwai beberapa tubuh yang berlainan. Apabila ada orang yang sakit berarti ditinggalkan oleh salah satu jiwa tadi, dan tugas dukun adalah membujuk jiwa tadi supaya jiwa itu mau kembali agar orang tersebut sembuh. Apabila jiwa yang pergi tadi tidak mau kembali, orang yang sakit tadi pasti meninggal (Amelvoort, 1964 : 53). Sesudah beberapa waktu tertentu rohy akan pergi kedunia roh dibelakang ufuk dan akan hidup abadi di situ, atau hidup kembali dalam tubuh seorang bayi yang baru lahir(reinkarnasi).

Orang Asmat yakin bahwa di lingkungan tempat tinggal manusia juga diam berbagai macam roh yang mereka bagi dalam tiga golongan, yaitu :

Yi-ow adalah roh nenek moyang yang sifat dasarnya bai, terutama bagi keturunannya.
Oshopan adalah roh jahat orang yang membawa penyakit dan bencana
Dan bin-ow adalah roh jahat orang mati tragis baik kecelakaan kesengsaraan dsb yang mati konyol.

Ilmu sihir (Black magic) banyak dipraktikan terutama oleh kaum hawa sebagai salah satu alat dan senjata perlindungan diri. Sehingga banyak terjadi kasus-kasus yang berkaitan dengan guna-guna dan praktek perlakuan yang melibatkan hal-hal gaib dan metafisik, sebagai sarana saling serang dan saling bunuh.

Beberapa Upacara Adat Suku Orang Asmat

1.Upacara Kematian

Menurut orang Asmat, kematian bukanlah hal yang alamiah. Orang itu mati karena sihir hitam, terkecuali kalau orang itu mati terbunuh senjata dll. Kematian seorang bayi dianggap tidak terlalu menyedihkan, karena roh bayi tersebut akan kembali ke alam roh. Akan tetapi kematian orang dewasa akan menimbulkan duka cita yang mendalam dan diiringi oleh ratap tangis yang luar biasa. Anggota keluarga yang ditinggalkan segera berebut memeluk si mati dan keluar rumah dengan menggulingkan dirinya di dalam lumpur terdekat. Rasa duka cita yang mendalam ditandai dengan menangis setiap hari sampai berbulan-bulan dan mencukur habis rambutnya.

2.Upacara Bis

Upacara Bis merupakan salah satu kegiatan penting dalam kehidupan suku Asmat, karena berhubungan dengan pengukiran patung leluluhur atau bis. Upacara ini diselenggarakan bila ada permintaan dari keluarga tertentu. Upacara bis diadakan untuk memperingati anggota keluarga yang mati terbunuh.

Pembuatan Patung bis diserahkan pada wow-ipit dan pembantu-pembantunya. Untuk membuat pating bias diperlukan waktu selama 6 atau 8 minggu. Selama pengukiran patung bis dikerjakan di dalam rumah panjang. Kaum wanita tidak boleh memasuki rumah itu sampai pengukiran selesai. Dalam masa-masa pembuatan patung bis terjadi papis, yaitu saling tukar-menukar istri. Pemilihan pasangan terjadi pada waktu upacara perang-perangan antara wanita dengan pria yang berlangsung setiap sore. Upacara perang-perangan itu juga dimaksudkan untuk mengusir roh-roh jahat.

Sekarang ini peperangan antar suku sudah tidak ada lagi, sehingga upacara bis baru diadakan bila terjadi bencana atau malapetaka besar. Menurut orang Asmat, malapetaka yang terjadi itu disebabkan oleh roh-roh anggota keluarga yang meninggal belum diantar ke tempat peristirahatan terakhir, yaitu sebuah pulau di muara sungai Sirets.

3.Upacara Perahu

Orang-orang suku Asmat membuat perahu setiap 5 tahun sekali. Selama pembuatan perahu, terdapat beberapa pantangan seperti tidak boleh membuat bunyi-bunyian, tidak boleh menginjak batang kayu yang akan dijadikan perahu sebelum ditarik ke air. Sebelumnya diadakan upacara khusus yang dipimpin oleh orang tua yang bepengaruh dalam masyarakat. Bagian muka perahu yang disebut cicemen diukur menyerupai burung sebagai perlambang pengayau (pemenggal) kepala. Ada juga ukiran berbentuk manusia yang melambangkan saudara yang telah meninggal. Mereka percaya bahwa almarhum akan senang karena diperhatikan dan rohnya akan selalu melindungi keselamatan penumpang perahu tersebut.

Semua perahu baru harus diresmikan terlebih dahulu. Para pemilik perahu berkumpul di rumah orang yang paling berpengaruh. Mereka mengadakan pesta sambil mendengarkan nyanyi-nyanyian dan penabuhan tifa.

4.Sistem Kekerabatan

Kekerabatan orang-orang Asmat menganut prinsip garis keturunan laki-laki atau pihak ayah (partrilineal) dengan pola menetap di sekitar kediaman kerabat suami (virilokal).

Apabila suami meninggal dunia, maka istri tetap tinggal bersama keluarga suami berserta anaknya dan menjadi tanggung jawab keluarga suami.

Ada proses perencanaan perkawinan (tinis), dan cara perkawinan “Persemdan Mbeter”. Persem adalah perkawinan yang terjadi akibat hubungan rahasia antara seorang perjaka dengan seorang gadis, kemudian diakui oleh orang tua kedua belah pihak. Mbeter adalah kawin lari yaitu pihak laki-laki melarikan si gadis untuk dinikahi. Perkawinan mbeter seringkali menjadi pertikaian kedua belah pihak, secara tradisional pertikaian ini baru berakhir bila jatuh korban dari kedua belah pihak. Perkawinan tini yang melamar adalah pihak perempuan. Melalui perkawinan, suami punya hak atas daerah sagu dan daerah milik mertua. Sistem perkawinan mengikuti prinsip eksogami (di luar sukunya).

5.Sistem kesenian

Suku Asmat memiliki system kebudayaan yang mengusung nilai-nilai seni yang tinggi. Berdasarkan upacara dan budaya suku Asmat dapat ditemukan unsure kesenian yang memang sangat erat kaitannya dengan kehidupan religi Asmat. Benda-benda kesenian Asmat yang sangat menarik adalah tiang-tiang Mbis dan perasai-perasai. Walaupun hubungan antara kelompok masyarakat Asmat, maupun antara orang Asmat dengan orang luar cukup banyak, kontak itu tidak membuat kebudayaan Asmat beragam. Malam kini tampak suatu aneka warna khusus dalam kesenian yang berada dari kedua kelompok kebudayaan.

Aneka warna gaya kesenian Asmat berdasarkan bentuk dan warna perhiasan tiang Mbis dan perisai itu dapat diklasifikasikan dalam empat jenis dan empat daerah yang berbeda, yaitu :

a) Gaya seni Asmat hilir maupun hulu sungai-sungai yang mengalir ke dalam Teluk Flamingo dan arah pantai Casuarina.

b) Gaya seni Asmat Barat Laut

c) Gaya seni Asmat Timur

d) Gaya seni Asmat daerah Razza.

Sumber : Disarikan dari berbagai sumber !!

0 komentar:

Cari Artikel